Sukses, 1000 Penari Kolosal Menjadi Simbol Penyatu di Wakatobi Wave

PENASULTRA.COM, WAKATOBI – Pemerintah Kabupaten Wakatobi sukses menggelar Festival Wakatobi Wonderful Festival dan Expo (Wave) selama tiga hari mulai 11-13 November 2018.

Pembukaan Wakatobi Wave ditandai dengan penabuhan gendang yang dilakukan Gubernur Sultra Ali Mazi dan Bupati Wakatobi Arhawi.

Selain atraksi budaya maritim, tari kolosal yang disajikan kurang lebih 1000 peserta merupakan kolaborasi tarian yang ada di Wangiwangi, Kaledupa, Tomia, Binongko (Wakatobi).

Kolaborasi tarian dari keempat pulau tersebut menggambarkan keragaman budaya yang unik serta memiliki nilai-nilai luhur dalam sejarah pulau tukang besi.

Kolaborasi tari Lengko (Wangiwangi), tari Lariangi (Kaledupa), Sajo Moane (Tomia), tari Balumpa (Binongko) merupakan perpaduan keragaman budaya yang mampu menyatukan masyarakat dalam bingkai Wakatobi.

Karnaval Kansoda’a

Selain tari kolosal, karnaval Kansoda’a juga turut meramaikan pembukaan Wakatobi Wave. Kansoda’a merupakan proses adat bagi kaum perempuan yang beranjak dewasa. Sebelum acara Kansoda’a digelar biasanya anak gadis tidak diperbolehkan keluar rumah sampai dengan waktu yang ditentukan.

Setelah tiba waktunya berdiam diri, keluarga akan membuat acara dengan mengundang warga setempat. Anak perempuan didandan, kemudian dipikul warga menggunakan wadah yang mirip kapal atau yang disebut Kansoda’a.

Penampilan karnaval budaya maritim, Kansoda’a. FOTO: Deni La Ode Bono

Simbol itu juga sering disebut warga sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada wanita.

Dalam pembukaan Wakatobi Wave, kurang lebih 58 Kansoda’a yang ditampilkan. Sajian Kansoda’a ini digelar atas inisiatif masyarakat desa yang ada di pulau Wangiwangi.

Karnaval Kostum Maritim

Budaya Wakatobi dikenal sebagai budaya maritim. Untuk mengekspresikannya melalui ajang Wakatobi Wave. Kostum yang digunakan peserta karnaval semuanya berlatar biota laut, seperti ikan, cumi, karang, kima, lobster. Uniknya sebagian bahan kostum tersebut menggunakan sampah yang didaur ulang.

Penampilan karnaval budaya maritim, karnaval kostum maritim. FOTO: Deni La Ode Bono

Panjat Pinang di Atas Laut

Sebagai daerah yang memiliki kebudayaan maritim, aktifitas lomba pun dilakukan di atas laut. Untuk memeriahkan Wakatobi Wave dari tahun ke tahun lomba panjat pinang di atas laut sering diadakan. Para peserta berlomba-lomba memanjat pohon pinang yang dilumuri minyak. Yang berhasil akan mengambil hadiah menarik di atas pohon semampunya.

Expo Industri Kreatif

Dalam rangkaian kegiatan Wakatobi Wave, wisatawan dapat mengunjungi stand Expo Industri Kreatif. Serupa stand menyajikan hasil kerajinan tangan masyarakat maupun kuliner khas Wakatobi.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Wakatobi, Nadar mengatakan, meski angka kunjungan wisatawan ke Wakatobi belum maksimal, namun, pertumbuhan kunjungan mengalami peningkatan.

Expo industri kreatif. FOTO: Deni La Ode Bono

Salah satu indikator kesuksesan Wakatobi Wave ini adanya keunikan budaya serta semangat dan peran masyarakat dalam event yang bertema “Memperkokoh Wakatobi Sebagai Salah Satu 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Nasional”.

“Ini artinya sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadap keragaman budaya yang adiluhur, dan kita mentransformasikannya menjadi kekuatan utama dalam mendorong pariwisata Wakatobi. Saya kira dengan memiliki kebudayaan adiluhur akan membuat kita eksis dan berakselerasi menjadi destinasi pariwisata berkelas dunia,” papar Nadar.

Wakatobi Menuju Pariwisata Berkelas Dunia

Posisi Wakatobi sebagai salah satu 10 top destinasi pariwisata prioritas nasional bukan tidak mungkin pariwisata Wakatobi ke depan menjadi pariwisata berkelas dunia. Untuk menuju ke sana, tentu butuh intervensi Pemerintah Pusat.

Menurut Bupati Wakatobi, Arhawi penetapan Wakatobi sebagai 10 destinasi pariwisata nasional berdampak pada kucuran anggaran yang tidak sedikit dari Pemerintah Pusat.

Gubernur Sultra, Ali Mazi resmi membuka Wakatobi Wave 2018 dengan memukul gendang. FOTO: Deni La Ode Bono

Anggaran tersebut, kata dia, diprioritaskan untuk percepatan pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata seperti, pembangunan jalan nasional, peningkatan kualitas bandara menjadi bandara internasional, pengembangan jangkauan jaringan listrik, RS Pratama, serta pembangunan daya tarik objek wisata.

“Wakatobi bukan saja milik masyarakat Wakatobi. Tetapi Wakatobi milik nasional bahkan, milik dunia. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pariwisata Wakatobi menjadi kelas dunia adalah tanggung jawab kita semua”, terang Arhawi dalam sambutan di Wakatobi Wave 2018.

Untuk menjadikan pariwisata Wakatobi berkelas dunia, kata Arhawi lagi, diperlukan pembenahan atraksi, amenitas, aksesibilitas serta pengembangan sumber daya manusia pariwisata.

Dengan kehadiran Badan Otoritas Pariwisata (BOP) di Wakatobi, Arhawi sangat optimis pariwisata Wakatobi mampu menembus pasar internasional. Perpres BOP ini dikabarkan segera ditandatangani Presiden Jokowi dalam waktu dekat.

“Wakatobi akan jadi Bali baru. Peristiwa hari ini sekaligus memberikan gambaran bahwa Wakatobi memiliki potensi pariwisata yang besar dan beragam. Tidak saja alam dan bawah laut,” tegas Arhawi.

Wakatobi juga kaya dengan ragam budaya yang melengkapi pesona warna-warni wisata menjadi penguat keunggulan yang menjadi daya saing pariwisata daerah ini.

“Oleh karena itu dengan kekayaan budaya, kearifan lokal, dan keindahan alam bawah laut Wakatobi tidak diragukan sebagai destinasi wisata berkelas dunia,” tambah Arhawi.

Sebagai kabupaten maritim yang sejahtera dan berdaya saing, sektor pariwisata memang memiliki peranan penting sebagai masa depan pembangunan Wakatobi.

Ali Mazi dan segenap undangan melambaikan tangan kepada peserta karnaval. FOTO: Deni La Ode Bono

Asisten Deputi Bidang Strategi Komunikasi Pemasaran Kementerian Pariwisata Republik Indonesia (Kemenpar RI), Harianto mengungkapkan, penyajian event akbar Wakatobi Wave semakin berkualitas dilihat dari penataan artistik, keterlibatan masyarakat dan identik dengan kebahagiaan.

Untuk mendatangkan wisatawan mancanegara, Kemenpar akan menggelar Forum Discusi Group (FGD) membahas strategi promosi ke dunia internasional dengan menghadirkan tour operator dan travel agen dengan melibatkan seluruh industri pariwisata dan stockholder yang ada di Wakatobi.

“Wisatawan domestik sudah melampaui target. Jadi kita akan bahas strategi pemasarannya ke pasar Eropa. Kenapa Eropa? Karena budaya Wakatobi diminati wisman Eropa,” katanya.

Di kesempatan itu pula Harianto mengapresiasi langkah Pemda Wakatobi terkait permintaan penambahan penerbangan, baik maskapai Garuda maupun Wings Air agar memudahkan wisatawan mengakses Wakatobi.

“Dengan status Bandara Matahora sebagai bandara internasional bukan tidak mungkin ke depan akan ada penerbangan langsung dari luar negeri ke Wakatobi,” pungkasnya.

Atraksi budaya maritim pulau tukang besi yang ditampilkan saat pembukaan Wakatobi Wave sungguh memikat ribuan pengunjung yang hadir dalam acara pembukaan yang dipusatkan di lapangan Merdeka, Wangiwangi, Minggu, 11 November 2018.

Tanpa terkecuali, Gubernur Sultra H. Ali Mazi, Asisten Deputi Bidang Strategi Komunikasi Pemasaran Kementerian Pariwisata Republik Indonesia (Kemenpar RI) Haryanto, anggota DPR RI Hj Tina Nur Alam, Kepala Kesbangpol Provinsi Bali I Made Putu Mantera, Presiden pecalang Bali I Wayan Suweno, Sultan Buton LM Izat Manarfa yang turut hadir sebagai undangan khusus dalam event akbar tahunan itu.(***)