Bila Aku Jadi Bos Tambang, Ditulis dalam Keadaan Sadar dan Terencana

Pena Opini1,594 views

Oleh: Adriansyah

Berandai-andai punya pendapatan hingga miliaran rupiah setiap bulan, rumah di CitraLand, Pajero Sport, Fortuner, Nissan GTR, berjejer rapih sembari menyaksikan supir pribadi mengelap kap mesin mobil yang baru saja dicuci olehnya serta memastikan kondisi mobil dalam keadaan baik-baik saja.

Well.. saya akan berangkat ke salah satu pulau untuk melihat lahan konsesi milik anak perusahaan.

Jangan salah, saya sudah kantongi IUP nya, IPPKH, dan apalah namanya itu yang sering diteriakan oleh adik-adik aktivis mahasiswa yang berkoar-koar bahwa perusahaan milik kami tak mengantongi izin.

Hallaahhh… ku benamkan saja korlap nya, orang-orangku di lapangan tau perannya masing-masing.

Masih di waktu dan jam yang sama, sambil menyeruput teh anget, scrolling down di smartphone Asus ROG seharga Rp, 14.499.000,- ku baca media online yang dikirimkan oleh beberapa wartawan pasca konpers semalam. Sambil ku balas WA pesan dari Gubernur, Bupati, dan Kapolda.

“Pak mobilnya udah siap…,” kata pak supir yang segera mengantarkan kami ke pelabuhan jetti yang baru saja selesai kami bangun. Tentunya anggarannya miliaran dengan mengambil sebagian lahan milik Sekolah Dasar yang bersampingan dengan wilayah pembangunan jetti milik kami.

But i don’t care…, kepala sekolahnya udah saya berangkatkan umroh. Terus pak desa gimana pak? sudaahhh, cek saja rumahnya sudah dua lantai, dengan Toyata Avanza di garasi. Oh iya, anaknya sekarang berangkat ke kampus naik motor Vixion.

Jebretttt… hujan turun membawa lumpur kuning setinggi atap rumah. Kosong satu dan kosong dua saling tuding apa sebab banjir bandang yang menyisakan perih, luka hati, dan penyesalan.

Bukan salah kami, banjir yah karena intensitas hujan yang begitu tinggi. Saya dan manajemen rugi miliaran, 37 unit PC 200 kami juga terendam, kebayangkan biaya servicenya tembus berapa M… ckckckkckckc.. Masalah itu serahkan saja ke Bupati yang hanya mengenakan kaos oblong putih sambil mikul beras dan makan indomie rebus telur di pengungsian bersama sejumlah warga, kan dia yang punya wilayah, kan saya sudah bayar pajak!

“PING!!!…,” ku baca pesan masuk dari salah seorang pimpinan redaksi salah satu media, “kanda… bagaimana penawaranku yang kemarin?,”. Sbb, Wait.. kabar buruk, KPK datang berkunjung mewanti-wanti sekaligus memberikan ultimatum perusahaan tak ber IUP dan menunggak pajak.

Wahhh pak Gub ikut-ikutan, semua alat berat wajib menggunakan plat lokal untuk pemasukan sebagai sumber pendapatan daerah. Bisa juga, asal kita ji..! Next bad news, warga bentrok dengan aparat kepolisian yang mengawal alat berat kami, karyawan saya disandera, diiket… bukannn maeennn kek sapi kurban yang bentar lagi dieksekusi.

Sekali lagi aku katakan, kami sudah kantongi IUP nya dan IPPKH, pulau mu itu sudah masuk dalam wilayah konsesi kami.

“Tunggu dulu ya dinda, sebentar saya teruskan ke bagian keuangan…,” halaahhh males ladenin kek beginian, dua bulan lalu, media tersebut menyerang kami secara brutal, massive, terstruktur, bertubi-tubi, tanpa ampun, tanpa amnesti, tanpa konfirmasi.

“Jalan-jalan ke ruangan dinda,” sambil ku akhiri dengan ucapan salam, GERTAK.. ANCAM.. TEKAN.. LOBBY. Metode paan sih itu?

Humasku yang cekatan dan cerdas tak tinggal diam. Kami undang mereka semua, konferensi pers digelar, media gathering kami rencanakan, aku rangkul mereka, ku jadikan mitra, teken kontrak sembari menggerutu dalam hati dengan penuh dongkol.

“Ko sudah serang kita, baru ko mau juga uang ta,” kata site manager kami sambil gemetar penuh ketakutan usai Toyota Hillux Double Cabin milik perusahaan yang dikendarai olehnya dilempari batu oleh warga yang ngaku lahannya diserobot. Tunjukkan caranya kalian bisa HIDUP TANPA IKLAN.

Serobot lahan kata mu? tunjukkan kalau lahan ini adalah milikmu, surat-suratnya mana? mereka diam, sudaahh jadilah karyawan kami saja, kamu … hei… kamu… iyaa kamu yang gondrong kamu mau jadi kepala security? gaji kamu Rp3,6 juta setiap bulan, saya tunggu ijazah kamu besok.

Kebetulan banget nih pak Bupati, ada sisa dana CSR, saya bangunin sekolah yah pak? Mesjid, jembatan, jalananan kami bangunkan untuk mereka yang menelan janji manis kampanye dari bapak.

Infrastruktur kami genjot senilai ratusan miliar rupiah, tentunya dengan surat perjanjian utang pembangunan. Kami bangunkan dulu, pembayarannya nanti pake APBD dicicil. Tak perlu risau dan gusar, jaminkan aset daerah saja kepada kami untuk dikelola, kembali lagi jurus lama gaya baru, “Membangkrutkan Pemda Lewat Utang”.

Selingkar semeja dengan para jajaran Forkopimda, kami dikumpul disalah satu hotel berbintang, seluruh pemegang IUP dikumpul untuk diberi arahan dan wejangan, jadi kita ini apa? sebatas teman.

Melihat wakil-wakil rakyat ketewa cekikikan, disambut tepuk tangan para hadirin dan undangan, ajudan ku berbisik, “Pak alat kita dibakar massa”. Mainkan saja peranmu dengan penuh tanggung jawab, bergerak tanpa jejak, beraksi tanpa saksi, eksekusi tanpa bukti, dan akhiri tanpa sakit hati.(***)

Penulis merupakan Reviewer Media Online