Biodiversitas Untuk Pengembangan Bioeconomy Indonesia

Pena Opini709 views

Oleh: Wiko Arif Wibowo

Perkembangan kehidupan manusia di bumi terus melesat cepat. Implikasi perkembangan tersebut menguras sumber daya sekaligus menyebabkan terjadinya berbagai macam kerusakan lingkungan. Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam pun turut terdampak. Keseimbangan alam menjadi kacau untuk pemenuhan kebutuhan dalam mengimbangi laju pertumbuhan penduduk. Berbagai sumber daya alam tak terbarukan yang disedot setiap hari kian menipis.

Kemajuan bioteknologi saat ini diharapkan mampu menginisiasi pemanfaatan sumber daya genetik dari biodiversitas dalam memenuhi kebutuhan manusia sekaligus mengimbangi laju konservasi spesies dan restorasi ekosistem melalui konsep pengelolaan secara berkelanjutan. Konsep yang dikenal sebagai bioeconomy ini perlu diperkenalkan untuk menghindari ketergantungan kita terhadap sumber daya alam tak terbarukan yang dapat habis sewaktu-waktu.

Berkaca pada 82 tahun yang lalu di sebuah pabrik otomotif Amerika, McCarrol telah menginisiasi konsep bio-based product sebagai pemanfaatan sumber daya biodiversitas untuk mobil dari pabrikan Ford. “Segala sesuatu yang berkaitan dengan mobil berasal dari bumi, tidak perlu menguras tambang dan hutan jika material yang dibutuhkan dapat ditanam di lahan pertanian”-McCarrol, 1936. Meskipun pada kenyataannya konsep “menumbuhkan mobil dari tanah” McCarrol tidak memperoleh perhatian dari pemerintah saat itu karena industri bahan baku baja mendominasi ditengah pergolakan perang dunia. Dewasa ini, konsep tersebut kembali menjadi perhatian dan tengah dikembangkan secara intensif.

Perkembangan bioeconomy secara masif di dunia barat dilandasi oleh keprihatinan terhadap kondisi lingkungan, usaha mencari sumber daya berkelanjutan (menggantikan ekonomi berbasis minyak bumi), dan memanfaatkan kemajuan biologi molekuler.

Tulisan Alvin L. Young pada tahun 2003 menjelaskan terkait konsep pemetaan dari bioeconomy yang kini tengah digencarkan oleh dunia barat, yaitu pengembangan bio-based product, pengembangan sumber energi terbarukan, dan pengembangan bioteknologi dari genom organisme (makhluk hidup berupa hewan, tumbuhan, dan mikrobia).

Pengembangan bio-based product meliputi pengembangan sumber bahan baku yang berasal dari berbagai sistem tanaman, produk kehutanan, termasuk aktivitas mikrobia dalam industri makanan, pakan, dan serat bahkan hingga produk metabolit meliputi selulosa, lignin, pati, asam amino, dan protein. Sementara pengembangan sumber energi terbarukan berasal dari biomassa dari aktivitas pertumbuhan maupun sisa jasad organisme yang melimpah dan tidak termanfaatkan.

Contoh dari pengembangan bio-based product adalah DuPont, perusahaan Amerika yang bergerak di bidang material berhasil memanfaatkan jagung sebagai bahan baku untuk memperoleh senyawa 1,3-propanediol sebagai bahan utama dalam industri polimer ataupun keberhasilan Minnesota-Agri Power Project di Amerika dalam memanfaatkan biomassa tanaman alfalfa, yaitu daun untuk pakan hewan dengan protein tinggi dan batang untuk dibakar menghasilkan 75 megawatt listrik/hari.

Sementara langkah pengembangan bioteknologi dari genom organisme merupakan pengembangan produk berbasis genom. Genom merupakan sebuah set utuh dan lengkap mencakupi semua gen yang dimiliki oleh organisme, salah satu produknya yang umum dikenal adalah GMO (Genetically Modiefied Organism). GMO dalam produk pangan memang masih menjadi perdebatan di Indonesia, namun di negara bagian barat telah diterima dan diaplikasikan secara luas.

Pengembangan bioteknologi dari genom tidak hanya sebatas GMO pada produk pangan saja, karena genom merupakan set lengkap dari materi genetik organisme, pemanfaatan genom dapat dilakukan pada sektor manapun melalui bioindustri termasuk untuk eksplorasi gen unggul pada pemuliaan tanaman, produksi vaksin di industri obat dan kesehatan, produksi senyawa bioaktif dalam industri herbal dan lain-lain.

Eksplorasi genom dari keanekaragaman genetik akan bermuara pada optimalisasi produk metabolit pada bio-based product, menciptakan produk ataupun bahan baku industri berbasis bio yang ramah lingkungan untuk membangun bioindustri sebagai fondasi bioeconomy yang dicanangkan.

Saat ini hal yang patut kita cermati sebagai masyarakat Indonesia adalah mengarahkan momentum kemajuan teknologi dalam menumbuhkan kesadaran pentingnya biodiversitas, memperkuat database biodiversitas Indonesia, serta diiringi dengan pengembangan teknologi dan penelitian genom organisme.

Dewasa ini memang Indonesia masih mampu bertumpu pada sektor-sektor sumber daya alam tidak terbarukan, namun hal tersebut terbatas. Masyarakat Indonesia harus berbenah untuk menyiapkan konsep bioeconomy dalam pemanfaatan biodiversitas Indonesia secara berkelanjutan pada beberapa dekade mendatang, dimulai dari sekarang.(***)

Penulis: Mahasiswa Program Doktor Fakultas Biologi UGM