HIPMI Sultra: Sektor Pertanian Lebih “Seksi” Dari Sektor Pertambangan

Pena News1,109 views

PENASULTRA.COM, KENDARI – Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sulawesi Tenggara (Sultra), Sucianti Suaib Saenong menilai sektor perikanan, pertanian dan perkebunan lebih “seksi” dibanding sektor pertambangan.

Pasalnya, sesuai data dari Badan Pusat Statitik (BPS) Sultra, tingkat penyerapan tenaga kerja untuk sektor perikanan, kelautan dan kehutanan sebesar 56 persen. Berbeda jauh dengan sektor pertambangan dan penggalian yang hanya menyerap 4 persen tenaga kerja.

“Kondisi usaha pertambangan Sultra saat ini kebanyakan dikuasai oleh orang dari luar Sultra dan perputaran uangnya pun di luar Sultra. Itu yang miris buat kita,” kata Suci belum lama ini.

Selain itu, sumber pendapatan asli daerah (PAD) terbanyak di Sultra ada pada sektor perikanan, pertanian dan perkebunan. Sektor pertambangan ada pada posisi kedua.

“Jangan terlalu fokus ke tambang, tambang dan tambang. Banyak kekayaan alam kita yang dapat membuka lapangan kerja lebih besar di Sultra dengan hasil pertanian kita yang lebih besar,” beber Suci.

Menurutnya, perbedaan mendasar pertanian dan pertambangan ada pada harga. Bertani tidak perlu mengeluarkan banyak biaya seperti menambang. Misalnya, kata Suci, perbandingan harga jagung dan nikel.

“Harga nikel USD 24 per ton. Kalau dirupiahkan 1 dolar Rp15 ribu atau sekitar Rp 360 ribu per ton. Dikecilkan lagi harganya Rp360 per kilogram (kg). Sementara jagung Rp5.500 per kg. Jadi Rp5,5 juta per ton. Lebih untung itu jual jagung atau beras,” ungkap Suci.

“Kita ini kaya. Hanya karena petani-petani kita belum mengerti caranya bagaimana mengekspor hasil pertanian. Coba pemikiran petani kita sama dengan pemikiran penambang yang bisa langsung ekspor tidak lagi ke Makassar dulu. Saya kira pertani kita jauh lebih kaya daripada penambang,” terangnya.

Penulis: Yeni Marinda
Editor: Faisal

https://youtu.be/83YlXyICnlY