Keluarga Pendidikan Terbaik Bagi Anak

Pendidikan merupakan media bagi orang tua dalam membentuk karakter bagi anak-anak. Keluarga menjadi madrasah (sekolah) pertama bagi anak-anak, baik atau buruknya karakter anak setidaknya dipengaruhi oleh peran orang tua dalam mendidik anak. Adapun sekolah, hanya stimulus untuk mengembangkan potensi anak. Sebagus atau semahal apapun sekolah anak-anak kita, sama sekali bukan jaminan untuk menghasilkan anak yang sholih dan sholihah, anak yang berkahlaqul karimah.

Saya berkata demikian, karena sudah hampir 10 tahun berinteraksi dengan banyak stakeholder pendidikan, bergaul dengan berbagai kalangan dari dunia pendidikan…

Sehingga saya bisa mengambil sebuah kesimpulan, bahwa SEKOLAH TERBAIK ADALAH KELUARGA, terutama untuk anak-anak sampai dengan usia SD.

Adalah sebuah kemustahilan jika kita mengharapkan anak-anak kita “berakhlak baik” sedangkan di rumah orang tuanya tidak memberikan teladan yang baik bagi anak-anaknya. Hal yang kerap terjadi, yang hal tersebut terkadang tidak disadari oleh orang tua yaitu sering bertengkar dihadapan anak, sering marah-marah, sering berkata kasar dan cuek pada anak-anaknya. Juga menjadi “Mission (almost) Impossible” jika mengharapkan anak yang taqwa, rajin sholat (berjamaah di masjid bagi pria), mampu menghafal Qur’an dengan baik, semangat dalam menuntut ilmu terutama ilmu agama. Jika orang tuanya acuh terhadap agama, Ayahnya malas sholat berjamaah di masjid, Bunda juga sering sholat di akhir waktu, Ayah Bunda malas menuntut ilmu agama, menghadiri kajian-kajian ilimiah keislaman, Ayah Bunda jarang berinteraksi dengan Al Qur’an dan sebagainya.

Perlu menjadi renungan bersama bahwa “Panutan anak-anak adalah orang tuanya, bukan gurunya”. Sebagian anak-anak bahkan bercita-cita ingin seperti orang tuanya. Ayah bagi seorang anak laki-laki adalah role model, sedang bagi anak perempuan, Ayah adalah “first love” mereka.

Terkhusus, Bunda…seperti apa gambaran karakter anak-anak adalah sedikit banyaknya dipengaruhi oleh karakter Bunda dalam hal ini Bunda menjadi madrasah awal bagi anak-anak. Terlebih tidak sedikit anak laki-laki maupun perempuan menjadikan sosok bundanya sebagai “malaikat pelindung”.

Satu rahasia kecil, para ulama dan orang bijak terdahulu jika mendapati anaknya berbuat kurang baik, berkata tidak jujur, tidak mau mendengar nasihat (sulit diatur)….maka pertama yang mereka lakukan adalah menyalahkan diri sendiri, bahkan menghukum diri sendiri….

Kenapa anak-anak saya bisa seperti ini?
Apakah saya telah berbuat dosa?
Apakah ada makanan haram yang saya berikan untuk anak-anak saya?
Setidaknya pertanyaan-pertanyaan sejatinya ini, yang muncul dalam benak orang tua yang baik.

Setiap ada kejadian yang kurang mengenakkan tentang buah hati, mereka langsung intropeksi diri (muhasabah), bukan menyalahkan si anak, bukan menyalahkan orang lain, bukan mengkambinghitamkan sekolah dan lingkungan, walaupun secara keseluruhan ada juga faktor pemicu dari kenakalan anak-anak kita, namun faktor terbesar adalah karena kelalaian orangtuanya.

Penting bagi orang tua untuk memastikan sekolah yang terbaik bagi buah hati, namun yang lebih penting dari itu semua…
“Sebagai orang tua, mari belajar menjadi guru kehidupan bagi anak-anak kita”

Orang tua tidak harus menempuh pendidikan keguruan untuk menjadi guru yang hebat bagi anak-anaknya, tapi yang terpenting adalah bagaimana orang tua dapat menanamkan nilai-nilai karakter, nilai-nilai agama yang dibiasakan sedari masih anak-anak. Dan orangtuanyalah sebagai motor pengeraknya, dapat menjadi contoh yang baik, serta menjadi inspirator bagi anak-anaknya.

Guru yang akan terus dikenang baik buruknya oleh anak-anak kita. Guru yang tidak hanya mengantarkan anak-anak ke gerbang kesuksesan duniawi, tapi yang jauh lebih penting, mampu mengantarkan mereka masuk ke gerbang surga.

Maha benar firman Allah dalam QS. At Tahrim ayat 6 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu…”

Jadi kata kunci utama dalam mendidik anak itu adalah orang tua, baik buruknya bersumber dari keluarga. Semoga osetiap orang tuan menyadarinya.
Intopeksi terkhusus bagi diri sendiri…
Wallahu ‘alam bis shawab

Penulis adalah Dosen Program Studi PPKn USN Kolaka