La Bakry: Hanya Budaya yang Menyatukan Masyarakat Buton

PENASULTRA.COM, BUTON – Puncak perayaan Festival Budaya Tua Buton ke 7 terbilang cukup sukses. Pasalnya, sejumlah kegiatan seni dan budaya Buton mulai dipertunjukkan sejak 19 Agustus hingga diakhir puncak acara Sabtu 24 Agustus 2019.

Pada puncak kali ini, pemerintah Kabupaten Buton memanjakan para tamu undangan dan pengunjung wisatawan asing dari berbagai negara dengan tradisi kebudayaan mulai dari tradisi menenun (Tanu), pingitan (Posuo), sunatan massal (Tandaki), imunisasi tradisional (Podoledole), makan bersama (Pekandekandea). Dan pada puncak acara ditampilkan 5000 penari kolosal.

Untuk tradisi tenun, terdapat 219 pengrajin secara bersama-sama melakukan pembuatan sarung tenun tradisional Buton. Selanjutnya, tradisi Posuo (pingitan) sebanyak 219 rejama putri yang beranjak dewasa, dimana menandakan seorang wanita dari remaja masuk usia dewasa.

Suasana makan bersama (Pekande-Kandea). FOTO: Mances

Kemudian, sunatan massal sebanyak 219 anak yang secara bersama-sama mengikuti ritual Tandaki yang ditandai dengan menggunakan pakaian adat Buton. Pedoledole juga sebanyak 219 balita yang merupakan imunisasi tradisional, dimana merupakan ritual tradisional Buton dipercaya sebagai imunisasi untuk menjaga kekebalan tubuh anak. Setelah itu Pekandekandea terdapat 2019 talang.

Bupati Buton La Bakry, mengatakan sejak digagas pertama hingga dipelaksanaannya yang ke 7 kalinya bersama Umar Samiun, Festival Budaya Tua Buton selalu mengingatkan kepada generasi muda akan pentingnya nilai budaya untuk masa depan.

“Sejarah sejak 7 tahun lalu yang digagas bersama pak Umar, kita harus kembali ke budaya. Hanya dengan suasana itu dapat menyatukan masyarakat Buton,” tutur Bakry.(a)

Penulis: Mances
Editor: Bas