Olahan Kacang Mete Jadi Primadona Buton Tengah

Pena Kendari1,514 views

PENASULTRA.COM, KENDARI – Pemerintah Daerah Kabupaten Buton Tengah (Buteng) Sulawesi Tenggara (Sultra) memperkenalkan berbagai jenis produk unggulan daerah melalui stan pameran di lapangan MTQ Kendari pada pameran Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-39.

Aneka jenis pangan yang ditampilkan berupa hasi olahan pertanian dan perikanan, antara lain kacang mete, ikan, kepting dan rumput laut yang sudah diolah dan dikemas menjadi makanan siap saji.

Olahan makanan yang ditampilkan di stand Buteng ini dikemas dengan berbagai variasi. Mulai dari dodol rumput laut, stik karang dari rumput laut, krispi kacang mete, mete gulai, mete goreng sederhana, kripik dari ikan tuna hingga krupuk.

Aroma dan rasanya berbeda-beda dan khas. Begitu pula dengan warnanya, ada yang putih, merah, dan coklat.

Panitia Stand pameran Beteng, La Hamaji menuturkan dari semua komoditas yang ditampilkan pada hari pertama ini, produk olahan dari kacang mete masih menjadi primadona, yang paling banyak diminati pengunjung.

Tak hanya sekedar melihat dan bertanya, tetapi pengunjung juga langsung mencicipi dan membeli.

“Produk yang kita tampilkan disini dari beberbagai olahan industri rumah tangga, bervariasi, hanya sementara yang paling menarik perhatian pengunjung produk dari olahan kacang mete,” kata La Hamaji, saat ditemui di stand pameran, Sabtu 2 November 2019 malam.

Sekretaris Dinas Pangan Buton Tengah ini juga menuturkan, bahwa pemerintah daerah terus berupaya memaksimalkan peningkatan hasil produksi petanian dan perikanan. Termasuk pemanfaatan teknologi dalam mendekteksi dan mencegah kerawanan pangan di Buton Tengah.

“Untuk mendeteksi dan mencegah kerawanan pangan, saat ini kami menggandeng perguruan tingggi Universitas Haluoleo, penelitan sementara berjalan,” tuturnya.

Ada dua kecamatan yang menjadi daerah yang diprediksi dapat kerawanan pangan, yakni kecamatan Mawasangka Timur dan Sangia Wambulu.

“Itu berdasarkan topografi, daya dukung lahan dan keragaman tanah yang cenderung bebatuan, sehinggga butuh inovasi teknologi melalui istansi terkait sehingga bisa meminimalisir kerawanan pangan tersebut,” tandasnya.(b)

Penulis: Amrin Lamena
Editor: Kas