Pemuda Mitra Kritis Pemerintah

Pena Opini1,275 views

Oleh: Muhammad Risman

“Jangan sekali-kali melupakan sejarah, jas merah (Bung Karno)”. Begitu kata yang dijuluki bapak Proklamator kepada dunia dan utama kepada Bangsa Indonesia.

Perjalanan untuk perjuangan kemerdekaan tidak terlepas dari semangat pemuda, lahirnya Budi Utomo menjadi tonggak pergerakan pemuda dalam memutuskan penjajahan di bumi pertiwi. Organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Soetomo dan para mahasiswa Stovia yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908.

Pemuda sebagai kekuatan gerakan terdepan merupakan jiwa raga Bangsa ini tanpa pemuda tidak ada pergerakan, tidak ada masa perubahan karna esensi pemuda adalah pergerakan menuju perubahan. Karena sejarah bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan berbagai peristiwa atau peran pemuda.

Selain gerakan Budi Utomo juga Sumpah Pemuda 1928 merupakan bukti bahwa perjuangan pemuda layak untuk dijadikan indikator keberhasilan dalam peran penting suatu kemajuan. Tidak keliru jika Bung Karno dalam kata bijaknya “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia” tegasnya.

Peristiwa 1928 itulah rintisan pemuda dalam menyatukan nusantara dengan berbangsa yang satu, tanah air dan berbahasa yang satu yaitu Indonesia. Kemudian lagu Indonesia Raya pertama dalam naskah pada koran Sin Po (1928) lagu Indonesia Raya diciptakan oleh WR Supratman dan dikumandangkan pertama kali di muka umum pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta (pada usia 25 tahun), yang disebarluaskan oleh koran Sin Po pada edisi bulan November 1928, menjadi bukti peran pemuda.

Yang lainnya. Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana, Aiditdan Chaerul Saleh dari perkumpulan “Menteng 31” terhadap Soekarno dan Hatta.

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia (RI) sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan terutama setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.

Dalam berbagai upaya maka sampailah Proklamasi di bacakan atas nama Bangsa Indonesia Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di lapangan IKADA (yang sekarang telah menjadi lapangan Monas) atau rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur 56. Bukti peran pemuda Jakarta.

Meksipun kemerdekaan Indonesia telah di proklamasikan namun semangat para pemuda untuk merpertahankan merupakan tanggungjawab besar, sehingga sebagai bukti tanggungjawab untuk mengisi kemerdekaan dengan pembangunan dan ide-ide, konsep para pemuda terus disalurkan melalui berbagai wadah/organisasi kepemudaan.

HMI, GMKI, dan lain-lain merupakan bukti organisasi kemahasiswaan yang dibangun oleh semangat kepemudaan dalam menjaga, mengawal para pengambil kebijakan atau pemerintah saat itu, padahal baru beberapa tahun kemerdekaan Indonesia di proklamasikan.

Peristiwa terus dilalui dari orde lama, orde baru sampai era reformasi dapat dikatakan peran pemuda sangat dominasi. Sehingga, ini terus disuarakan sebagai bentuk pesan moral kepada pemuda lainnya.

Untuk penyampaian saat ini. Kepada pemuda terus berbakti, pertahankan kemerdekaan hal yang mutlak sehingga konsep-konsep serta ide-ide kemjuan terus di edukasikan agar menjadi hal terbaik untuk dilaksanakan oleh pemerintah. Maka, nilai-nilai apa yang pernah di sampaikan para leluhur dahulu harus dijadikan landasan pada pengambilan keputusan oleh pemerintah (sebagai pelaksana amanah suara rakyat).

Namun, saat ini suara-suara pemuda terkadang tidak lagi dijadikan landasan konsep pengambilan keputusan bahkan “dikatakan” hampir diabaikan oleh pemerintah. Sikap itulah menjadi pergeseran perbedaan antara zaman pra-kemerdekaan dan setelah kemerdekaan terus saat ini. Suara-suara nyaring para pemuda dalam memberikan ide gagasan mulai hilang. Apakah ini terus dibiarkan? Harus tidak!

Lahirnya KNPI

Komite Nasional Pemuda Indonesia, atau lebih populer dengan singkatan KNPI, adalah organisasi kepemudaan yang awalanya merupakan gabungan dari kelompok Cipayung. Melalui deklarasi yang dipimpin oleh David Napitulu pada tanggal 23 Juli 1973 (46 Tahun lalu).

Organisasi ini lahir melalui deklarasi pemuda Indonesia pada hari yang sama dengan maksud menumbuhkan, meningkatkan dan mengembangkan kesadaran sebagai suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Organisasi ini langsung mendapat restu dari pemerintahan baru dan pada tahun itu pula, mereka mengikuti unjuk rasa mahasiswa dalam penentangan masuknya modal asing. Tahun berikutnya, mereka juga turut serta dalam demonstrasi malari dan peristiwa pergerakan lainnya.

Meskipun dianggap sebagai bagian dari orde baru dan sempat diusulkan untuk dibubarkan, namun KNPI tetap bertahan hingga setelah jatuhnya Suharto pada tahun 1998. Setelahnya, Idrus Marham terpilih sebagai Ketua Umum. Ia mewacanakan rejuvenasi KNPI atau penyegaran kembali peran KNPI di tengah realitas politik nasional. Rejuvenasi ini akhirnya memaksa KNPI untuk independen dan kembali memposisikan pemuda sebagai mitra kritis pemerintah.

Itulah yang diharapkan kepada KNPI untuk mewujudkan pembangunan daerah karna sebagai organisasi himpunan kepemudaan peran KNPI lebih efektif sebagai pengontrol roda pemerintah pusat sampai di daerah.(***)

Penulis: Wakil Ketua DPD KNPI Buton, Sulawesi Tenggara