Penelitian Tim Dosen FKIP UHO: Remaja di Kota Raha Mulai Melupakan Bahasa Daerahnya

Pena Kendari2,196 views

PENASULTRA.COM, KENDARI – Tim Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari melaksanakan penelitian terkait dengan kebertahanan kosakata bahasa Muna pada kalangan remaja di Kota Raha.

Penelitian yang dilaksanakan sejak Bulan Juli sampai dengan Bulan Oktober 2021 tersebut diketuai oleh Yunus S.Pd., M.Pd..yang beranggotakan, Drs. La Ode Balawa, M.Hum., Harmin,S.Pd., M.Pd. serta La Tike, S.Pd., M.Pd.

Yunus mengemukakan bahwa lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam upaya pencegahan pada punahnya bahasa daerah.

Dimana, salah satu kekayaan bangsa Indonesia yang jarang dimiliki oleh bangsa-bangsa lain adalah terdapatnya aneka bahasa daerah.

Namun seiring dengan perkembangan zaman, bahasa-bahasa daerah yang menjadi kekayaan bangsa tersebut mulai mengalami kurangnya minat pemakaian pada penuturnya sendiri, sehingga tidak menutup kemungkinan pada masa yang akan datang akan tertinggalkan oleh penuturnya dan akhirnya menjadi kenangan.

“Salah satu bahasa daerah yang dimaksud adalah bahasa daerah Muna yang hidup berdampingan dengan bahasa Indonesia”, kata Yunus kepada wartawan PENASULTRA.COM, Senin, 15 November 2021.

Lanjut Yunus, dari sisi positifnya bahwa keanekaan bahasa daerah yang ada di Indonesia dapat menjadi potensi yang positif dalam mengembangkan dan mempermantap kedudukan bahasa nasional yakni bahasa Indonesia.

“Oleh karena itu, menjadi tidak bijak jika bahasa daerah dianggap sebagai bahasa ‘pengganggu’ bahasa Indonesia”, tukasnya.

Yunus menambahkan bahwa kalangan remaja di Kota Raha Kabupaten Muna yang dahulu kental dengan tradisi adat serta bahasa, kini telah mengikuti perkembangan zaman yang semakin canggih dengan berbagai teknologi. Hal tersebut berdampak pada memudarnya pemakaian serta pemahaman tentang kosakata bahasa daerah Muna.

Dari data sementara para remaja yang tinggal di Kota Raha mulai menghilangkan dan melupakan bahasa daerahnya sehingga generasi muda sekarang kurang akan kosakata bahasa daerah. Hal tersebut akan berdampak pada ketidakebertanahan bahasa Muna pada masa yang akan datang yang mengingat kalangan remaja sebagai penurus dan pewaris bahasa daerah.

“Permasalahan yang didapat nantinya, ketika penutur yang lebih tua sudah meninggal, maka tinggalah generasi muda dan generasi selanjutnya sebagai pewaris bahasa”, ungkapnya.

Menurutnya, persentase data yang hasil penelitian dari 30 jumlah kosakatata bahasa daerah Muna dari beberapa responden, terlihat hanya 59,43% yang mampu menerjamahkannya dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Muna. Berdasarkan hal tersebut, penggunaan bahasa Muna di kalangan remaja sudah sangat mengkhawatirkan.

Olehnya itu, jika tidak ada upaya untuk mengeksiskan penggunaan bahasa pada kalangan remaja, akan berdampak pada punahnya bahasa Muna pada masa yang akan datang.

Terkait hal ini kata Yunus, perlu ada upaya agar kampung-kampung yang ada di Kabupaten Muna tetap menjaga dan tetap melesarikan penggunaan bahasa Muna.

Jika hal tersebut tidak terealisaikan maka dengan pembangunan yang mengarah pada “mengkotakan desa” akan mengalami ketidakberatahanan bahasa Muna. Lambat laun desa yang khas dengan budaya dan bahasa daerahnya, berubah menjadi kota dengan pesatnya pembangunan dan perkembangan sekarang ini.

Editor: La Ode Husaini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *