Soal Sampah dalam Perut Paus, Ini Penjelasan Kadis Pariwisata Wakatobi

Pena Daerah831 views

PENASULTRA.COM, WAKATOBI – Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Wakatobi, Nadar mengungkapkan, paus yang terdampar di perairan Kapota Wakatobi beberapa waktu lalu dalam keadaan mati bukan karena makan sampah di Wakatobi.

Ia mengatakan, jenis mamalia laut yang ditemukan itu sudah dalam keadaan membusuk. Sehingga ia menilai bahwa paus tersebut sudah mati beberapa minggu sebelum terdampar di perairan Kapota.

“Saya yakin bahwa bangkai paus itu di bawah arus dari jarak yang sangat jauh, kemudian terdampar di Wakatobi,” kata Nadar saat ditanyai awak Penasultra.com di kantornya, Jumat 23 November 2018.

Ia menjelaskan, berdasarkan keterangan beberapa ahli kelautan, perairan Wakatobi merupakan jalur migrasi paus dalam arus laut Indonesia yang bergerak dari laut Pasifik ke laut Hindia.

“Sehingga, besar kemungkinan mingrasi paus mengikuti jalur (Arlido) itu sudah dalam kondisi mengkonsumsi sampah di perairan lain hingga sakit sebelum paus itu bermigrasi kemudian mati, lalu terdampar di Wakatobi,” tuturnya.

Lanjut Nadar, banyak kemungkinan yang menyebabkan matinya paus. Apalagi hingga saat ini belum ada hasil otopsi yang menjelaskan penyebab matinya paus yang terdampar di perairan Wakatobi itu.

Soal temuan banyak sampah yang ditemukan dalam perut bangkai paus, pihaknya pesimis jika sampah plastik tersebut berada di perairan Wakatobi.

Menurutnya, sebagai daerah destinasi pariwisata prioritas nasional, kebijakan Pemda Wakatobi dalam memerangi sampah, terutama sampah plastik sangat masif dilakukan masyarakat, baik LSM maupun masyarakat luas. Sehingga kecil kemungkinan laut Wakatobi tercemar sampah plastik.

“Laut Wakatobi masih jernih, tidak seperti laut yang ada di daerah lain yang warnanya sudah kecoklatan akibat tercemar. Ini artinya laut Wakatobi bersih dari sampah. Jadi sangat kecil kemungkinan paus makan sampah sebanyak itu di laut Wakatobi. Apalagi sampah yang ditemukan dalam perut paus itu sudah berwarna hitam kecoklatan dan sangat banyak,” bantahnya.

Pihaknya berharap, peristiwa penemuan sampah di perut paus itu tidak menjustifikasi bahwa laut Wakatobi tercemar sampah plastik. Sebab isu tersebut dapat menurunkan minat wisatawan yang ingin melihat keindahan bawah laut Wakatobi.

“Kejadian ini seakan -akan sampah itu banyak di laut Wakatobi. Semoga saja kita bisa petik hikmahnya. Tentu mendorong kita semua untuk terus membasmi sampah yang bisa merusak ekosistim lingkungan, baik di darat maupun di laut Wakatobi,” tutupnya.(b)

Penulis: Deni La Ode Bono
Editor: La Ode Muh. Faisal