Tantangan Kaum Ibu di Era Digital dan Pandemi Covid-19

Pena Opini522 views

Oleh: Evasatriyani, S.Pd

Pemerintah Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, menggelar peringatan Hari Ibu ke-92 tahun 2020 di Gedung Wakaka, Pasarwajo. Kegiatan ini bertema “Perempuan Berdaya Indonesia Maju”. Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Bupati Buton, La Bakry, Wakil Bupati, Iis Elianti, anggota DPRD Buton,Sabaruddin Paena. Bahkan hadir pula Ketua Tim Penggerak PKK Buton, Delia Montolalu La Bakry, Ketua Dharmawanita Buton beserta pengurus, serta sejumlah Kepala OPD. (SURUMBA.com, 22/12/2020)

Peringatan ini sejatinya selalu digelar setiap tahun. Tentunya dilakukan secara nasional, tidak hanya di Buton saja. Pasalnya, momen tanggal 22 Desember memang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai hari ibu nasional. Semua dimaksudkan untuk mengenang jasa dan perjuangan para ibu.

Pada peringatan hari ibu tahun ini, La Bakry sebagai orang nomor satu di Kabupaten Buton memberikan sambutannya. Ia menyatakan sejak dulu hingga sekarang perjuangan kaum ibu dalam keluarga tidak pernah berhenti. Untuk itu, diharapkan kepada siapa saja yang berstatus sebagai anak hendaknya membangun silaturahim kepada ibu. Bahkan terus memastikan agar ibu kita dalam keadaan bahagia di mana pun berada.

Selanjutnya, La Bakry mengatakan bahwa peran ibu di masa lalu sangatlah berbeda dengan era digital sekarang. Perkembangan teknologi handphone dengan game onlinenya, selalu membuat orang tua kesulitan mengendalikan anak. Ini merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh para ibu masa kini.

Memang benar bahwa era digital saat ini, seorang ibu dihadapkan dengan berbagai persoalan dalam mengurus generasi. Perbedaan era yang dihadapi oleh ibu jelas akan menghadapkan mereka pada persoalan yang tidak mudah. Sebab,zaman dahulu memang sangat berbeda dengan era digital saat ini.

Pada era digital saat ini, seorang ibu dituntut untuk paham dan melek dengan penggunaan beragam teknologi. Sebab, era digital adalah era serba teknologi. Mulai dari akses belajar anak, belanja, dan sebagainya telah diaruskan dengan teknologi. Ini merata di seluruh pelosok negeri, tanpa terkecuali di Buton.

Belum lagi, adanya pandemi Covid-19 ini. Pemerintah daerah merealisasikan kebijakan kementerian pendidikan pusat untuk melaksanakan pembelajaran sekolah jarak jauh (PSJJ). Semakin mempertegas kebutuhan dan wajah dunia di era digital. Akhirnya, menjadi sebuah keharusan bagi ibu untuk memahami penggunaan handphone android. Ditambah lagi masifnya berbagai konten hiburan, bermain sosial media, game online, dan internet menjadi candu tersendiri bagi anak. Itulah sederet tantangan ibu di era digital.

Oleh karena itu, seorang ibu harusnya menjadi garda terdepan dalam mengontrol dan mendidik anak-anaknya. Sayangnya, di sistem kapitalisme demokrasi saat ini,kontrol dari ibu sudah sulit dilakukan. Pasalnya, seorang ibu hari ini bukan hanya dituntut sebagai pendidik dan pembina generasi. Namun, juga menjadi salah satu penggerak ekonomi keluarga. Hal ini jelas akan mengganggu fokus dan peran utamanya dalam keluarga.

Bahkan, sistem kapitalisme ini telah membelokkan fitrah ibu. Entah karena tuntutan ekonomi atau pun sekedar tren gaya hidup yang membuat kaum ibu seolah harus produktif. Bersaing dalam dunia kerja untuk membantu kebutuhan ekonomi keluarga. Mencari nafkah membantu sang suami.Bahkan, seorang ibu yang tidak bekerja dan tidak berpenghasilan akan dianggap tidak produktif dan menjadi gunjingan di masyarakat.

Dengan demikian, jelaslah bahwa sistem kapitalisme demokrasi hanya memandang kaum ibu sebagai mesin uang dan penggerak ekonomi. Menstandarkan peran ibu hanya sebagai penghasil materi, bukan pendidik generasi. Pada akhirnya, tugas utama sebagai ibu jadi terbengkalai. Anak dan suami tidak mendapatakan pelayanan secara prima dan maksimal.

Oleh karena itu, momentum hari ibu seharusnya dapat merefleksi pada peran ibu yang sebenarnya. Ibu hanya akan berperan sesuai fitrahnya jika hidup dalam naungan Islam. Sebab, Islam memberikan kedudukan mulia pada kaum ibu. Demikian pula dalam menghadapi era digital ini. Peran ibu tidak berubah, justru akan membuat ibu semakin berdaya kreatif untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.

Semakin memperkaya diri sang ibu dengan ilmu Islam melalui kemudahan akses teknologi. Bekal untuk mendidik dan memberi teladan dalam membersamai anak-anaknya. Kemudahan di era digital dapat dimanfaatkan untuk sebaik-baik mendidik dan membina genarasi. Dapat merawat kaum ibu sesuai fitrahnya. Di samping itu, penerapan Islam akan mengokohkan peran ibu sebagai sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Tidakkah kita merindukan kehidupan ibu yang fokus mendidik generasi cerdas berakhlak mulia! Wallahu a’lam bishshawab

Penulis adalah Praktisi Pendidikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *