Titiek Soeharto: Memimpin Itu Sudah Menjadi Jiwa Prabowo Sejak Muda

Pena Nasional635 views

PENASULTRA.COM, SOLO – Tanggung jawab dan beban moral Prabowo menjadikannya tersentuh untuk memimpin dan membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa besar di dunia. Hal itu karena kepemimpinan telah menjadi jiwa Prabowo sejak ia muda.

Hal itu dikatakan Siti Hediati Heriyadi, calon anggota legislatif DPR RI dari Partai Berkarya, saat menggelar khitanan bersama (sunatan massal) di Dalem Kalitan, Kota Solo, Jumat, 29 Maret 2019. Pernyataan itu merupakan jawaban Titiek saat ditanya wartawan mengenai kesiapan Prabowo memimpin bangsa.

Menurut putri kedua Presiden Soeharto yang akrab dipanggil Mbak Titiek itu, kondisi Indonesia yang tak kunjung membaik sejak reformasi telah menyentuh hati nurani Prabowo untuk benar-benar tulus mewakafkan jiwa, tenaga dan raganya buat bangsa Indonesia lepas dari keterpurukan.

“Kepemimpinan itu dijalani sejak beliau masih muda, Pak Prabowo tahu betul apa yang harus dilakukannya bersama seluruh bangsa, hati nuraninya terketuk untuk membawa bangsa ini menjadi bangsa besar, berdaulat dan bermartabat di mata dunia,” kata Titiek.

Khitanan bersama yang digelar tersebut diikuti setidaknya 68 anak yang didaftarkan orang tua mereka secara online.

“Sampai pukul 10, sudah 62 anak yang datang,” kata seorang anggota panitia.

Menurut Koordinator Padi Medika, tim dokter yang menangani khitanan tersebut, dr Alfi Rizal, dengan sistem sirkumsisi laser yang mutakhir, ia menjamin pasien kembali bisa beraktivitas normal dalam tiga hari.

“Jadi, anak-anak ini Senin depan sudah bisa kembali bersekolah seperti biasa,” kata Alfi.

Dengan metode itu plus jahitan dengan benang yang bisa diserap oleh tubuh, kata dia, dalam waktu tiga hari sudah bisa sembuh dan tak perlu kontrol maupun ganti perban sendiri.

Hampir bisa dipastikan, setiap tahun putra-putri Pak Harto menggelar sunatan massal. Acara bisa digelar di berbagai kota. Misalnya pada 2015 lalu dilakukan di Monumen Memorial Jenderal Besar HM. Soeharto, di Dusun Kemusuk, Argomulyo, Bantul, Yogyakarta. Saat itu dikhitan 117 anak. Tahun lalu, di Masjid At-Tin juga dikhitan 205 anak.

“Ini bentuk kepedulian keluarga kami, membantu masyarakat menjalankan perintah Rasulullah SAW,” kata Titiek.

Ia juga menegaskan bahwa kepedulian itu ditanamkan dan terus dipupuk Pak Harto kepada anak-anaknya.

“Bapak selalu menasihati kami untuk senantiasa peduli kepada rakyat kecil,” ungkap Titiek

Malam sebelum acara digelar, Titiek dan sebagian panitia melakukan ziarah dan nyekar ke makam Pak Harto dan Ibu Tien di Astana Giribangun, di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar. Komplek makam keluarga yang berdiri 660 meter di lereng Gunung Lawu, itu berjarak sekitar 35 km dari kota Solo.

Setelah membaca serangkaian doa dan surat Yasin, Titiek sempat beramah tamah dengan panitia. Keguyuban suasana membuat rombongan baru meninggalkan Astana Giribangun sekitar pukul 23.50 nyaris tengah malam.

Tahun lalu, acara dilakukan di Masjid At-Tin, Komplek Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Saat itu peserta mencapai 205 anak, melibatkan 11 anggota tim dokter dan 15 orang tim medis.

“Pesertanya berada pada rentang usia 3-10 tahun, dan saya menyaksikan animo masyarakat sangat luar biasa, hal itu dibuktikan dengan pendaftaran online yang kita buka selama seminggu dengan kuota 200 peserta pun terlampaui,” tutup Jahrudin selaku koordinator acara tersebut kepada wartawan.(smsi)

Editor: Ridho Achmed