Tradisi dan Kearifan Lokal Menguatkan Denyut Kebudayaan Bombana

PENASULTRA.COM, BOMBANA – Tradisi dan kearifan lokal kembali menguatkan denyut kebudayaan di Kabupaten Bombana. Pada Sabtu, 19 Juli 2025, Kerajaan Moronene Keuwia-Rumbia di bawah kepemimpinan Raja ke-VII, Alfian Pimpie, menggelar ritual adat Montewehi Wonua atau tolak bala di rumah adat Moronene, Kelurahan Taubonto, Kecamatan Rarowatu.

Kegiatan sakral yang sarat makna itu turut dihadiri oleh tokoh-tokoh penting, termasuk Bupati Bombana, H. Burhanuddin, yang hadir langsung didampingi Wakil Bupati Ahmad Yani, Ketua DPRD Bombana Iskandar, Pj Sekda, jajaran kepala dinas, serta tokoh adat dari berbagai penjuru Sulawesi Tenggara.

Tak hanya itu, hadir pula tamu kehormatan dari luar daerah seperti Sultan Buton ke-LVI LM. Sjamsul Qamar, Ketua Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN) Muna La Ode Riago, perwakilan Lembaga Adat Tolaki (LAT) Sultra, hingga Ketua Rukun Keluarga Moronene (RKM) Sultra.

Dalam sambutannya, Bupati Burhanuddin mengapresiasi pelaksanaan Montewehi Wonua yang dianggapnya bukan sekadar ritual adat, melainkan bagian tak terpisahkan dari strategi pembangunan daerah.

“Saya menempatkan budaya dan adat istiadat bukan hanya sebagai pelengkap ornamen pembangunan. Ini adalah fondasi moral dan spiritual dalam memperkuat identitas daerah dan menciptakan harmoni sosial,” tegas Burhanuddin.

Ia menyampaikan bahwa di tengah arus globalisasi yang serba cepat, pelestarian nilai-nilai budaya menjadi sangat penting agar masyarakat tidak tercerabut dari akar sejarah dan jati dirinya.

“Kegiatan seperti Montewehi Wonua ini adalah refleksi kearifan lokal yang harus terus dirawat. Karena di sanalah tersimpan nilai-nilai luhur yang membentuk karakter masyarakat Bombana,” bebernya.

Bupati Burhanuddin juga mengajak seluruh masyarakat Bombana menjadikan momen ritual adat ini sebagai tonggak mempererat persatuan di tengah keberagaman yang ada. Ia menekankan bahwa kebersamaan adalah kunci membangun Bombana ke depan.

“Wonua Bombana harus dibangun dengan semangat keberagaman. Tidak boleh ada sekat. Kita semua adalah penjaga Bombana. Jangan bercerai-berai,” ucapnya.

Sementara itu, Raja Moronene ke-VII, Alfian Pimpie, menjelaskan bahwa Montewehi Wonua merupakan warisan leluhur yang telah berlangsung turun temurun. Ia mengaku bangga karena adat istiadat Moronene masih hidup dan dihargai di tengah masyarakat modern.

“Montewehi Wonua adalah upaya kami memohon perlindungan kepada Sang Khalik, agar wilayah ini terhindar dari mara bahaya dan diberi kehidupan yang seimbang antara manusia, alam, dan spiritualitas,” ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Alfian Pimpie menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Bombana yang telah memberikan ruang dan dukungan terhadap keberlangsungan nilai-nilai adat.

“Kami sangat mengapresiasi komitmen Bupati Bombana yang tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga secara moral mendukung pelestarian budaya kami,” tandasnya.(cen)