Waspada, Tindakan Bullying Dapat Merusak Mental Anak Anda

PENASULTRA.COM, KENDARI – Maraknya kejadian kasus-kasus bullying di lingkungan sekitar anak-anak membuat orang tua harus mengetahui ciri-ciri bullying, sebab anak-anak lebih banyak belajar dari orang terdekat yakni keluarga atau orang tua.

Kepala Unit Rehabilitasi Rumah Sakit Jiwa Kendari, Ravianty Dony (Psikolog) mengatakan, bullying adalah penggunaan kekerasan, ancaman atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain dengan maksud membahayakan fisik maupun emosional seseorang.

Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik.

Menurutnya, perilaku bullying seakan dipandang sebelah mata oleh masyarakat sehingga masih sedikit yang menyadari bahaya bullying. Saat ini dibutuhkan kesadaran bagi semua pihak untuk mengetahui dan memahami perilaku bullying, khususnya bagi para orang tua.

“Pelaku bullying paling tinggi di dalam rumah, bukan di sekolah,” kata Ravianty Dony saat menjadi narasumber seminar Parenting Quality Time yang digelar di Aula Lazuardi GIS Ibnu Sina Kendari, Sabtu 17 November 2018.

Dalam seminar yang digelar taman kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD), Yayasan Lazuardi Global Islamic School (GIS) Ibnu Sina Kendari ini, Ravianty Dony menjelaskan, bahwa banyak orang tidak sadar telah melakukan bullying. Orang tua pun begitu, mungkin pada anak. Memarahi anak bisa saja masuk dalam kategori bullying tapi tergantung niatnya kalau niatnya untuk menyiksa atau menderita baru masuk bullying. Tapi kalau mendidik bukan termasuk bulliying,” bebernya.

Dampak jangka pendek dari bullying, kata Ravianty yakni depresi (sedih), menurunnya minat dan motovasi mengerjakan tugas dan mengikuti kegiatan sekolah.

“Sedangkan jangka panjangnya, karena sudah biasa ditindas akan sulit untuk menjalin hubungan terhadap lawan jenis, memiliki kecemasan karena sering di tindas. Tertutup (Intrivert), trauma fisik dan psikologis, inferior dan fungsi hidup terhambat,” jelasnya.

Untuk mengantisipasi bullying, keluarga atau orang tua memperbaiki kualitas komunikasi.

“Anak-anak membutuhkan pengawasan dari banyak pihak sebagai kontrol. Orang tua jangan hanya mau didiengar tapi juga mendengar dengan memberikan kesempatan kepada anak berkomunikasi. Ketimbang memaksakan keinginan harus mengerti dulu apa yang dipikirkan anak,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah Lazuardi GIS Ibnu Sina Kendari, Hayyu Handira mengatakan, seminar ini dilakukan untuk meningkatkan wawasan mengenai makna bullying baik untuk guru-guru serta orang tua siswa.

“Karena kita tahu ilmu itu tidak terbatas makanya kami adakan ini. untuk mngumpulkan orang tua murid, sama-sama kita belajar,” tutupnya.(b)

Penulis: Yeni Marinda
Editor: Kas