PENASULTRA.COM, KENDARI – Bank Indonesia (BI) mencatat pada triwulan II 2019, ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) tumbuh sebesar 6,3 persen atau mengalami moderasi (penurunan) dibanding periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,4 persen.
Kepala Perwakikan BI Sultra, Suharman Tabrani mengatakan, dari sisi permintaan, penurunan pertumbuhan perekonomian Sultra disebabkan oleh menurunnya investasi dan naiknya net ekspor antar daerah.
Meskipun, tertahan oleh kenaikan yang terjadi pada sektor lainnya seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan ekspor luar negeri.
Sementara, dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi Sultra didorong oleh menurunnya kinerja lapangan usaha pertambangan, konstruksi, transportasi dan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.
“Memasuki triwulan III 2019, perkembangan beberapa indikator ekonomi di Sultra mengindikasikan arah pertumbuhan dengan tren meningkat dengan kisaran 6,2 – 6,6 persen (yoy),” kata Suharman dalam acara Deseminasi Perekomomian dan FKEKR Sultra 2019 di salah satu hotel di Kendari, Kamis 17 Oktober 2019.
Menurutnya, sektor ekonomi yang diperkirakan akan mengalami peningkatan kinerja yaitu lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan. Lalu lapangan usaha industri pengolahan serta lapangan usaha transportasi dan pergudangan.
Namun, perlambatan pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian dan lapangan usaha konstruksi menjadi faktor yang dapat menahan laju akselerasi perekonomian pada periode tersebut.
“Sementara dari sisi permintaan, percepatan pertumbuhan pada sektor utama seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan ekspor diperkirakan mampu mendorong akselerasi perekonomian Sultra pada periode mendatang,” ujarnya.
Berbeda dengan pertumbuhan ekonomi, kata Suharman, tingkat inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Sultra pada triwulan II 2019 mencapai 3,49 persen (yoy). Yakni mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,60 persen.
“Berdasarkan kelompoknya, meningkatnya tekanan inflasi disebabkan oleh peningkatan pada kelompok bahan makanan meskipun tertahan oleh penurunan pada kelompok perumahan dan kelompok transportasi,” jelasnya.
Gangguan produksi pada subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan menjadi faktor utama meningkatnya tekanan inflasi tahunan bahan makanan di Sultra pada periode laporan.
Namun, penurunan tekanan inflasi bahan bakar rumah tangga dan penurunan tarif dasar listrik serta kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah untuk tarif angkutan udara, menyebabkan terjadinya penurunan tekanan inflasi pada kelompok perumahan dan kelompok transportasi. Sehingga menahan peningkatan tekanan inflasi tahunan pada periode laporan.
Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah (pemda) bersama BI melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sultra selama triwulan II 2019 difokuskan pada upaya menjaga kestabilan harga. Yakni melalui berbagai kegiatan untuk menjamin ketersediaan stok dan kelancaran distribusi komoditas pangan, terutama menjelang hari besar keagamaan nasional.
“Dari sisi stabilitas sistem keuangan, kondisi stabilitas sistem keuangan di Sultra tetap terjaga. Kondisi tersebut tercermin pada ketahanan keuangan sebagian besar sektor pendukungnya,” ungkapnya lagi.
“Yaitu rumah tangga, korporasi, UMKM dan institusi keuangan yang menunjukkan perkembangan yang positif dengan risiko yang relatif terkendali,” tambah Suharman.
Ketahanan keuangan sektor rumah tangga terus terjaga dengan risiko dan optimisme yang semakin baik. Ketahanan yang baik pada sektor korporasi tercermin dari terjaganya pendapatan selama periode pelaporan dan risiko yang terkendali.
Selanjutnya, dari sisi institusi keuangan, indikator aset, penghimpunan dana pihak ketiga dan kredit menunjukkan kinerja yang baik. Kondisi yang aman juga terlihat dari sisi risiko kredit yang masih terkendali.
“Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi Sultra pada triwulan IV 2019 6,5 – 6,9 persen, mengalami akselerasi jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III 2019 yang diperkirakan berada pada kisaran 6,2 – 6,6 persen,” bebernya.
Dari sisi penawaran, akselerasi kinerja pada periode tersebut diperkirakan berasal dari lapangan usaha konstruksi dan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.
Dengan capaian tersebut, perekonomian Sultra pada tahun 2019 diperkirakan akan mengalami akselerasi pertumbuhan pada kisaran 6,3-6,7 persen yang didukung oleh pertumbuhan yang terjadi pada lapangan usaha nonpertambangan.
“Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan produksi perikanan dan sayur-sayuran dapat menjadi faktor yang mendorong stabilnya capaian inflasi di Sulawesi Tenggara,” tutupnya.
Penulis: Faisal
Editor: Yeni Marinda