Dari Workshop Jurnalis, Indah Itu Tidak Harus Mewah

Oleh: Jacob Ereste

Tanggapan positif terhadap materi tambahan untuk workshop yang sangat sederhana berjudul “Cara Menulis Berita yang Paling Sederhana di Media Sosial” direspon oleh sejumlah peminat yang ingin adanya bahasan lebih meluas tentang seluk beluk yang terkait dengan tulis menulis tidak sekedar untuk berita di media sosial.

Setidaknya dari Bunda Farida di Tangerang, Wardi di Klaten, Dinda Solihan di Serang, Banten dan Mas Mansyur dari Jambi dan Ruslan di Majalengka, Jawa Barat serta Taufik di Riau, pada intinya mengharap ada pengembangan dan paparan pengalaman yang dianggap penting untuk diketahui oleh para jurnalis maupun penulis pemula secara lebih mendetail ikhwal tulis menulis di media sosial yang kini menjadi unggulan sebagai sarana komunikasi, informasi bahkan publikasi.

Secara umum memang media sosial yang berbasis Internet sekarang memang telah jauh melampaui jenis media massa lain, kecuali sedikit menyisakan untuk televisi yang masih bisa bertahan dan dinikmati sebagai sarana hiburan belaka dengan sejumput berita “breakingnews” yang tak terlalu diminati pula oleh para pemirsa.

Pangsa pasar media sosial dan prospeknya pada masa depan masih memberi banyak peluang utamanya di Indonesia yang ditelisik oleh Atlantika Institut Nusantara ada sekitar 163 juta orang yang memiliki hand phone, dengan masing-masing orang rata-rata mempunyai dua buah hp yang multi guna itu yang telah menjadi bagian penting untuk beragam aktivitas. Karena itu media sosial di Indonesia menjadi semakin strategis jadi andalan untuk menyerap dan mengembangkan komunikasi, informasi dan publikasi, baik yang bersifat instansional maupun personal.

Cara menulis berita yang paling sederhana dan gampang di media sosial itu mulanya untuk memenuhi permintaan kawan-kawan buruh dan jurnalis muda dalam Komunitas Buruh Indonesia Bersatu yang karib dengan Insan Jurnalis Indonesia memiliki keterkaitan moral semata Lembaga Atlantika Institut Nusantara.

Tujuan dari workshop sederhana itu dilakukan untuk menambah wawasan dasar bagi sahabat dan kerabat dari ketiga instansi tersebut, setidaknya agar tak sampai salah dan terjebak oleh media sosial sebagai sarana informasi, komunikasi dan publikasi, baik yang bersifat pribadi maupun terbuka untuk umum sehingga bisa memberi manfaat bagi orang banyak.

Gagasan workshop jurnalis terpakai pada 4 September 2022 itu inspirasinya bermula dari upaya untuk mengantisipasi ancaman yang tak kalah gawat dari UTE. Karena itu, sifat informasi pun harus dipahami dari dua arah, membagi dan menjadi penerima. Sedangkan komunikasi bisa saja dalam jumlah yang terbatas atau lebih luas sifatnya untuk banyak orang.

Dalam publikasi inilah agaknya yang lebih dominan dan perlu mendapat perhatian. Karena penulis berita atau opini, segenap masalah yang timbul akibat dari tulisan tersebut akan menjadi tanggung jawab pembuatnya. Maka itu, hasil kerja seorang jurnalis tidak boleh salah. Sebab sanksinya cukup berat. Minimal hukuman moral kepada penulisnya bisa diam-diam dilakukan oleh banyak orang.

Maka itu, teknik menulis berita di media sosial menjadi penting dicermati lewat tahapan yang diperlukan oleh siapa saja yang menggunakan media sosial sebagai sarana untuk memberi informasi atau mempublikasikan apa saja yang menarik dan perlu untuk diketahui orang banyak .

Dari pertemuan di kelas pun tidak sedikit pertanyaan yang menarik yang diajukan oleh teman-teman seperti tersebut di atas. Misalnya bagaimana cara memilih obyek tulisan atau pemberitaan yang menarik untuk menjadi konsumsi publik ?

Tentu saja yang pertama perlu dipertimbangkan adalah obyek tulisan itu layak atau tidak untuk diketahui oleh publik. Jika pilihan obyek sudah ditetapkan, baru kemudian menentukan cara menuliskannya. Lantas apa saja data yang masih diperlukan untuk mendukung obyek tulisan atau laporan maupun pemberitaan yang akan disajikan itu.

Cerita atau acara dari keluarga pun — jika memiliki nilai tambah yang menarik dan unik untuk diketahui orang banyak — bisa juga menjadi obyek tulisan atau pemberitaan. Seperti acara Bunda Ida yang mengundang sejumlah kawan untuk menikmati suasana santai pada akhir pekan di kebun miliknya yang ada di pinggir kota Jakarta. Acara yang lebih bersifat kekeluargaan itu sungguh menarik ketika memahami caranya melakoni hidup sehat dengan cara yang murah. Minimal, Bunda Ida ingin berbagi kebahagiaan atau contoh menikmati hidup yang lebih akrab dengan alam. Kecuali itu bisa menikmati bersama hasil dari sejumlah tanaman dari kebun yang dia kelola sendiri sebagai bentuk pengganti dari kegiatan oleh raga rutin yang menjadi suka cita selera dirinya menikmati hari tua.

Bayangkanlah, di pinggir kota Jakarta yang lumayan bebas dari kebisingan, ada kebun yang asri dengan villa yang amat sangat sederhana namun apik untuk tidak disebut dangau, karena memang bersih dan rapi, sehat serta indah hingga sangat meyakinkan bisa memberi jaminan kesehatan serta terapy kebugaran tubuh bagi siapa saja.

Sebab di sekitar dangau yang bisa disebut villa itu, sungguh sangat membangkitkan gairah untuk ikut berolah raga dengan berbagai pilihan yang tersedia. Mulai dari memancing ikan di kolam yang terhampar luas, pun disediakan oleh Bunda Ida. Apalagi dia sendiri sedang mempersiapkan menu sarapan pagi yang akan segera dinikmati bersama, sebagaimana kebiasaannya yang telah rutin dia lakukan setiap akhir pekan.

Semua menu masakan Bunda Ida berasal dari kebunnya sendiri. Mulai dari buah jeruk untuk bahan minuman, hingga talas rebus yang empuk dan gurih, sungguh nikmat dipadu dengan ikan panggang yang ditangguk dari kolamnya sendiri itu. Sementara air gemerincik seperti membisikkan suara alam yang nyaman dan damai.

Jadi, bayanglah seusai olah raga pagi secukupnya lalu menyantap umbi talas rebus dengan ikan bakar yang gurih, sedikit dipadu dengan bumbu sambel kecap, maka semua suasana Ibu Kota yang sampek dan melelahkan dengan beban iklim politik 2022 yang semakin memanas — semua itu dalam sekejap seakan tercuci bersih di kebun keluarga Bunda Ida.

Begitulah, salah satu cerita atau berita dari bilik keluarga yang bisa diinformasikan dan dikonsumsi juga oleh publik secara lebih meluas. Karena tak mustahil dari cerita dan pemberitaan seperti ini bisa juga memberi inspirasi bagi warga Ibu Kota lainnya, bagaimana cara yang murah meriah untuk merontokkan penat dari kebisingan Ibu Kota meski cuma sekejap saja. Karena esok, toh akan kembali terjerembab dalam kubangan segenap polah tingkah warga Ibu Kota yang ikut andil menambah beban dan tekanan kejiwaan bagi kita.

Artinya, jika indah itu tidak harus mewah, agaknya begitu juga berita dan cerita yang patut dan penting untuk disajikan, tak harus wah atau hal-hal yang menghebohkan saja, tapi aktivitas atau kejadian yang paling sederhana — tak hingar bingar pun — bisa menarik untuk diberitakan, diinformasikan dan dipublikasikan. Sebab yang tidak kalah penting adalah bagaimana meracik menu dan menyajikannya. Persis seperti gula i talas atau sayur rebung yang dibumbui oleh juru masak seperti Bibi saya di kampung dulu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *