PENASULTRA.COM, KENDARI – Tenaga kesehatan di Sulawesi Tenggara (Sultra) diharuskan siap mengambil peran dalam menghadapi transisi epidemologi dan perubahan iklim, terutama di wilayah pesisir dan pertambangan.
Hal itu diungkapkan Prof. Budi Haryanto, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Universitas Indonesia (UI) saat memberikan kuliah tamu pada mahasiswa program magister Stikes Mandala Waluya di Kendari, Sabtu 12 Januari 2019.
Ia menjelaskan, saat ini Indonesia memasuki transisi epidemiologi, dimana telah terjadi peningkatan jumlah kasus penyakit tidak menular yang melebihi angka jumlah penyakit menular. Selain itu pula dikarenakan adanya pemanasan global.
“Tingkat populasi yang semakin meningkat di Indonesia juga menjadi salah satu faktor dalam transisi epideomologi ini,” jelas Budi.
Dengan naiknya suhu, kata Budi, beberapa wilayah akan mengalami mengalami kekeringan dan kejadian-kejadian cuaca ekstrim seperti gelombang panas dan badai akan lebih sering terjadi.
“Berbagai perubahan ini juga akan berdampak pada penyakit,” ungkapnya.
Sementara itu, ia menilai, banyaknya pertambangan yang ada di Sultra akan berdampak pada pencemaran lingkungan akibat pemakaian berbagai bahan kimia.
“Perubahan temperatur, pencemaran dan curah hujan yang ditimbulkan memberikan kesempatan berbagai macam virus dan bakteri penyakit tumbuh lebih luas,” tuturnya.
Menghadapi transisi epidemiologi ini, Budi menekankan agar tenaga kesehatan belajar mengatasi masalah penyakit yang ada dengan cepat. Selain itu harus melakukan penyediaan pelayanan sistem kesehatan yang lebih memudahkan pihak pasien.
“Ketika pelayanan kesehatan menggunakan sistem online, pasien atau keluarga pasien tak perlu berlama-lama antre dan menunggu, sehingga penanganan lebih cepat,” tukasnya.(b)
Penulis: Luthfi Badiul Oktaviya
Editor: La Ode Muh. Faisal