Ahli ‘Burung Besi’ Itu Ternyata Aktor di Balik Kelahiran Telkomsel

PENASULTRA.COM, KENDARI – Rakyat Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya. 11 September 2019, Presiden RI ke-3 Prof. Dr. Bacharuddin Jusuf Habibie atau lebih dikenal B.J Habibie tutup usia saat menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta.

Penemu crack propagation theory (Teori Crack) atau teori perambatan keretakan pada struktur pesawat hingga tingkat atom itu meninggal dunia diusianya yang ke-83 tahun akibat gagal jantung.

Meninggalnya suami Hasri Ainun Habibie (Almarhumah) ini menyisahkan duka mendalam bagi Indonesia dan dunia. Pasalnya, jasa Habibie terhadap kemajuan teknologi tak bisa dihitung lagi.

Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936 itu diketahui merupakan sosok penting dalam sejarah cikal bakal berdirinya Telkomsel di awal 1990-an, yang menjadikannya sebagai salah satu “Founding Fathers Telkomsel”.

Direktur Utama Telkomsel, Emma Sri Martini mengatakan, keluarga besar Telkomsel turut berduka cita yang sedalam-dalamnya dan merasakan kehilangan atas kepergian almarhum Habibie.

“Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun,” kata Emma melalui rilis persnya, Jumat 13 September 2019.

Peraih gelar doktor ingenieur (doktor teknik) dengan predikat summa cum laude itu merupakan sosok yang penting bagi Telkomsel. Almarhum memiliki hubungan sejarah erat dalam proses beroperasinya teknologi selular Global System for Mobile Communications (GSM) di Indonesia serta beroperasinya layanan Telkomsel pertama kali di Pulau Batam.

Menurut Emma, sejarah hadirnya teknologi GSM di Indonesia hingga berdirinya PT Telekomunikasi Selular tidak dapat dipisahkan dari peran penting almarhum Habibie.

Pada 14 Juli 1993, sejumlah Direksi PT Telkom menghadap Habibie yang saat itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Republik Indonesia (RI). Di atas sehelai kertas, kata Emma, Habibie menuliskan persetujuan dan penerapan GSM sebagai standar teknologi seluler Indonesia.

“Tulisan itulah yang kemudian menjadi referensi dari sebuah langkah besar migrasi teknologi dan pengembangan industri seluler analog ke digital di Indonesia,” beber Emma.

14 bulan kemudian, tepatnya pada 2 September 1994, Habibie meresmikan pengoperasian Telkomsel GSM di Pulau Batam. Pada saat itu, Telkomsel merupakan nama produk dari PT Telkom.

“Sebagai Menristek, beliau melakukan percobaan teknologi GSM dengan melakukan hubungan telepon dari GSM Telkomsel perdana, dari Batam ke Jakarta dan London,” terang Emma.

Berangkat dari dua momen penting tersebut, Telkomsel GSM selanjutnya dipersiapkan dan dikembangkan menjadi sebuah operator seluler. Pada akhirnya di 26 Mei 1995, lahirlah PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).

Sejak peristiwa bersejarah di Batam, sosok putra Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo itu sejatinya merupakan pelanggan pertama Telkomsel. Sebagai bentuk penghormatan yang terdalam atas kontribusinya, Telkomsel kemudian memberikan penghargaan kepada Habibie sebagai pelanggan Telkomsel ke-100 juta pada perayaan pencapaian Telkomsel di 2011.

“Habibie juga pernah menyampaikan sebuah pesan berharga bagi keluarga besar Telkomsel. (Katanya) Telkomsel adalah anak dan cucu ideologis-intelektual saya. Teruslah memberikan yang terbaik untuk bangsa, itu pesan almarhum pada hari jadi Telkomsel yang ke-21 pada tanggal 26 Mei 2016,” ungkap Emma.

“Semangat Pak Habibie akan selalu melekat dalam perkembangan dan pertumbuhan Telkomsel. Kami akan meneruskan cita-cita dan kontribusi Pak Habibie guna mengembangkan pemanfaatan teknologi untuk kemajuan anak bangsa. Selamat jalan, Pak Habibie,” tutup Emma.(a)

Penulis: Yeni Marinda
Editor: Mochammad Irwan