Aktivis Senior Sultra Dukung Pembangunan Smelter PT Tiran Mineral di Konut, Ini Alasannya

PENASULTRA.COM, KENDARI – Menanggapi aksi aksi yang berkaitan dengan rencana Pembangunan Smelter PT Tiran Mineral di Konut, aktivis Senior Sultra, Abdul Haris Palisuri, menyatakan pendapat yang berbeda.

Menurutnya, selama kehadiran pembangunan smelter tidak merugikan rakyat dan lingkungan hidup setempat, dan ada jaminan kehadiran Smelter dapat meningkatkan taraf hidup rakyat Konawe Utara maka patut didukung oleh  semua pihak.

Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (Amatra) ini beberapa bulan lalu memprotes langkah PT Tiran Indonesia menangani unjuk rasa warga masyarakat adat Langkekima Konut, menuturkan beberapa poin alasannya mendukung pembangunan smelter PT Tiran Mineral di Konut.

Pertama, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) ini ditakdirkan menjadi episentrum nikel Indonesia dan miliki cadangan biji nikel terbesar di dunia.

”Maka bentuk kesyukuran atas Sumber Daya Alam (SDA) ini, Pemerintah utamanya Pemda harus memastikan bahwa penduduk sultra dijamin sejahtera. Tapi kalau masih ada peminta minta di lampu merah, maka Pemda akan berurusan dengan Tuhan”, ungkap Abdul Haris Palisuri, Senin, 21 Juni 2021.

Kedua, pengelolan nikel sampai saat ini, yang mengambil manfaat dan keuntungan terbesar atas biji nikel sultra adalah Penanaman Modal Asing (PMA) baik yang di Morosi (Konawe) maupun yang di Morowali termasuk tenaga kerjanya banyak yang didatangkan dari luar seperti dari China.

Ketiga, dari data investasi di Sultra, Tiran Group mebuktikan sebagai pengusaha pribumi mampu merealisasikan 5 Trilyun Investasi Pabrik Gula Bombana. Dari data ini, Harris Palisuri optimis bahwa Tiran Group mampu membangun Smelter dalam skema Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan harus didukung sebagai tandingan/melawan Penanaman Modal Asing.

“Sehingga kedepan kita tidak disesaki lagi dengan kedatangan tenaga kerja dari Negara China yang masuk ke Sultra tertutama di Konawe Utara. Cukuplah Smelter di Morosi (Konawe) jadi pengalaman pahit bagi tenaga kerja lokal dari penduduk asli konawe”, tutur Harris Palisuri, yang juga mantan Direktur WALHI Sultra periode pertama ini.

Untuk itu, ia berharap kepada masyarakat sipil terutama di Konut, untuk terlibat dan dilibatkan langsung atau tidak langsung tetap mengawal dan memastikan bahwa pembangunan smelter tersebut tidak merugikan rakyat setempat, memastikan jaminan pemulihan lingkungan, dan memastikan keadilan bagi pelibatan kemitraan untuk pengusaha lokal Sultra terutama pengusaha lokal di Konut.

Penulis: Husain

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *