Cuaca Ekstrim Dorong Inflasi Komoditas Bahan Makanan di Sultra

PENASULTRA.COM, KENDARI – Beberapa hari terakhir perubahan cuaca secara ekstrem terjadi di beberapa wilayah di Sulawesi Tenggara (Sultra). Bahkan, banjir pun terjadi di beberapa wilayah.

Bencana alam semacam itu ternyata kerap berdampak kepada inflasi, khususnya komponen harga pangan yang bergejolak (volatile food atau VF).

Terbukti, pada Juni 2018, Sultra mencatatkan inflasi sebesar 1,99 persen (mtm).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sultra, Minot Purwahono mengatakan, terjadinya inflasi utamanya didorong oleh peningkatan harga pada kelompok bahan makanan dan kelompok administered price, ditengah terkendalinya tekanan inflasi pada kelompok inflasi inti.

Secara spasial, Kota Kendari dan Baubau mencatatkan inflasi masing-masing sebesar 2,01persen (mtm) dan 1,94 persen (mtm).

“Cuaca ekstrim yang melanda wilayah Sultra sejak bulan Mei mendorong peningkatan tekanan inflasi pada kelompok komoditas VF sebesar 5,90 persen,” kata Minot melalui rilisnya, Senin 2 Juli 2018.

Inflasi pada kelompok VF tersebut, kata Minot, utamanya didorong oleh peningkatan harga pada sub kelompok komoditas ikan segar, sayur-sayuran dan daging.

Menurutnya, kondisi perairan yang kurang bersahabat (ombak tinggi) dan momentum Idul Fitri menyebabkan terbatasnya aktivitas nelayan di Sultra sehingga berdampak pada berkurangnya pasokan ikan di pasar.

“Sedangkan curah hujan yang tinggi menyebabkan produksi di sentra produksi mengalami penurunan,” ujarnya.

Namun, inflasi yang lebih tinggi pada kelompok VF tertahan oleh berlanjutnya deflasi pada komoditas beras, bawang merah, cabai merah dan cabai rawit.

Peningkatan inflasi juga terjadi pada kelompok administered price sebesar 2,54 persen (mtm).

“Utamanya didorong oleh inflasi yang terjadi pada tarif angkutan udara seiring dengan meningkatnya permintaan tiket pada periode Idul Fitri 1439 H. Selain itu inflasi juga terjadi pada komoditas rokok kretek, rokok putih, dan rokok kretek filter,” bebernya.

Menyikapi perkembangan terkini dan memperhatikan risiko ke depan utamanya peningkatan curah hujan yang melanda wilayah timur Sultra, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sultra akan terus melakukan pemantauan harga di pasar dan mendorong koordinasi antar daerah untuk melakukan kerja sama antar daerah.

“Langkah-langkah tersebut dilakukan untuk menjaga agar inflasi Sultra berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional di tahun 2018 sebesar 3,5%±1% (yoy),” tutupnya.(b)

Penulis: Yeni Marinda
Editor: Ridho Achmed

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *