Oleh: La Ode Rahmat Apiti
Sebagai wadah perhimpunan pengusaha muda, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) diharapkan bisa memfasilitasi perkembangan usahawan muda. Selain itu diharapkan keberadaan HIPMI bisa mengayomi pengusaha-pengusaha muda dalam menggerakan ekonomi daerah. Kaum mudalah salah satu tumpuan untuk mendorong berkontribusi pembangunan ekonomi.
Dalam beberapa dekade terakhir lahirnya sejumlah pengusaha muda tidak bisa dinafikan telah memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi. Bahkan berbagai ide ide bisnis yang kreatif dikembangkan oleh pengusah muda. Diakui atau tidak ekonomi kreatif banyak dimotori oleh kaum muda dengan berbagai inovasi pengusaha muda mampu bersaing dipasaran produk produk yang mereka hasilkan.
Menilik konteks HIPMI Sultra sejak terbentuk sampai saat ini belum pernah melahirkan pengusaha muda yang mumpuni baik ditingkat lokal apalagi nasional.
HIPMI Sultra, hanya menjadi organisasi kumpul kumpul anak anak muda dari warung kopi ke warung kopi.
Tentu, minimnya gagasan dan pengalaman menjadi salah satu pemicu staganasi HIPMI sultra selama ini sehingga keberadaan HIPMI tidak berdampak terhadap perkembangan pengusaha muda di Sultra. Bukan itu saja kendala yang di hadapi HIPMI Sultra menurut hemat penulis tapi masih ada kendala kendala lain penyebab utama stagnannya HIPMI Sultra.
Pertama, keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). SDM menjadi syarat utama untuk menumbuhkan kapasitas manajerial organisasi yang baik dan atau menggerakan organisasi, tanpa didukung dengan SDM yang memadai maka organisasi apapun akan mengalami kebuntuan atau hidup enggan mati tak mau. Untuk itu kedepan penguatan SDM pengurus HIPMI serta konsolidasi internal harus dilaksanakan bila HIPMI Sultra mau tampil beda dengan masa lalu.
Kedua, HIPMI tidak punya program jangka pendek dan jangka panjang terkait pembinaan pengusaha muda. Jadi ketika kepengurusan terbentuk makan tampak gagap dan tidak bisa menjadi pionir untuk melahirkan pengusaha muda yang kapabel.
Dimasa datang, HIPMI harus menjadi lokomotif lahirnya pengusaha muda, bimbingan dan arahan HIPMI sangat strategis dengan kapasitas jejaringnya. Sehingga, masyarakat Sultra akan merasa bangga bila HIPMI kedepan melahirkan para usahawan yang tangguh dan visioner.
Ketiga, kebijakan pemerintah tidak berpihak pada pengusaha. Diakui atau tidak selama ini keberadaan HIPMI oleh pemerintah masih dipandang sebelah mata bahkan ada bebeberapa kepala daerah di Sultra menilai HIPMI hanya menjadi organ pemburu proyek di daerah.
Paradima berpikir seperti ini bukan saja merugikan HIPMI secara kelembagaan tapi juga secara personal. Untuk itu kedepan HIPMI harus bisa meyakinkan pemerintah daerah bila HIPMI bisa menjadi mitra strategis untuk mengembangkan ekonomi di tingkat lokal. Advokasi kebijakan menjadi prasyarat utama untuk mendorong upaya tersebut.
Sejumlah kendala diatas bila tidak di atasi sejak dini maka HIPMI Sultra hanya akan menambah memori “buruk” terkait rapor “merah” HIPMI yang lalu. Untuk itu kerja keras dan pengabdian tanpa pamrih sangat dibutuhkan.
HIPMI sultra dibawah nahkoda Sucianti Syuaib Saenong (Ketua) dan Ifan Santri (Sekum) yang hari ini dilantik 9 November 2018, diharapkan mampu mendinamisasi wadah bernaungnya pengusaha muda ini agar memberikan faedah pada kemajuan ekonomi lokal. Kita harus optimis dan memberi dukungan terhadap kepengurusan ini dan penulis mengucapkan selamat atas pelantikan Badan Pengurus Daerah (BPD) HIPMI Sultra, semoga HIPMI Sultra akan berjaya dimasa datang.***
Penulis adalah Direktur AMAN Center