Oleh : Ummu Yafi (Pemerhati Sosial)
Wabah corona tidak hanya merisaukan negeri asalnya. Kini Konawe turut siaga. Dikutip dari laman ZONASULTRA.COM, UNAAHA – Wabah virus corona yang menyerang warga Negara Cina dan sejumlah negara lain, membuat pemerintah Indonesia khususnya di Sulawesi Tenggara (Sultra) langsung meningkatkan kewaspadaan, mulai dari pemasangan alat pendeteksi suhu, hingga pembentukan tim khusus. Selain membentuk tim, Pemda Konawe juga mengusulkan agar pemerintah pusat segera mengeluarkan kebijakan penghentian TKA asal Cina selama ancaman virus Corona masih ada. Bagaimana seharusnya menyikapi wabah ini?
Menyoal Wabah
Corona ternyata bukanlah satu-satunya wabah yang menghantui Indonesia. Wabah dari keluarga corona saja selama satu dekade terakhir sudah tiga kali terjadi. SARS oleh SARS-CoV pada tahun 2002 -2003 silam menginfeksi setidaknya 8.096 orang dan 774 di antaranya terbunuh. MERS pada tahun 2012 oleh MERS-CoV yang menginfeksi sedikitnya 44 orang dan 22 di antaranya terbunuh. Belum lagi wabah penyakit lain seperti Ebola di Afrika, wabah flu burung H5N1, H1N1, dan sejumlah wabah baru seperti HIV/AIDS Yang asal muasalnya masih menjadi teka-teki di kalangan banyak ilmuwan.
Terindikasi 2019-nCoV dapat menular antarmanusia dan mungkin menjadi lebih ganas. Hal ini mengingatkan pada pandemi influenza pada 1918 yang diperkirakan memiliki rasio fatalitas kasus kurang dari 5%, tetapi berdampak serius karena penularan yang meluas.
Tidak heran bila Konawe termasuk wilayah yang resah sebab wilayah tambangnya ada yang dihuni pekerja Cina yang dikhawatirkan bisa membawa epidemi virus tersebut.
Harus Segera Diakhiri
Mungkinkah mengakhiri wabah corona? Sedangkan Cina yang notabene memiliki perangkat canggih dan asal virus ini, belum mampu mengatasi. Lalu bagaimana Islam memandang? Islam memiliki kekayaan konsep dan pemikiran cemerlang yang bersifat praktis.
Sehingga, baik di tataran teoretis maupun praktis, hanya paradigma dan konsep-konsep Islam lah satu-satunya pembebas Indonesia dan dunia dari penderitaan ancaman global berbagai wabah juga wabah 2019-nCoV yang mematikan. Berwujud sistem ekonomi Islam dan sistem politik Islam, yakni khilafah, yang bila diterapkan secara praktis akan menjadi solusi segera yang dapat dirasakan dunia kebaikannya.
Pertama, negara dan pemerintah adalah pihak yang paling bertanggung jawab melakukan tindakan pencegahan bahaya apa pun termasuk wabah virus mematikan 2019-nCoV. Yang demikian itu karena fungsinya yang begitu vital, sebagaimana ditegaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya, “Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia, adalah (laksana) penggembala. Dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR Al- Bukhari).
Kedua, negara wajib melarang masuk warga negara yang terbukti menjadi tempat wabah. Yang pada kasus ini adalah Cina– karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertutur melalui lisannya yang mulia, “Jika kalian mendengar suatu negeri dilanda wabah, maka jangan kalian memasukinya. Jika wabah itu terjadi di negeri yang kalian berada di dalamnya, maka jangan kalian keluar darinya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ketiga, bebas dari agenda imperialisme karena diharamkan Allah subhanahu wa ta’ala apa pun bentuknya. “Allah sekali-kali tidak akan memberikan jalan kepada orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin.” (TQS An-Nisa: 141) Sehingga, wajib mandiri dalam menyikapi wabah,
Keempat, negara harus terdepan dalam riset dan teknologi tentang kuman-kuman penyebab wabah, alat kedokteran, dan obat-obatan. Baik untuk tujuan pencegahan dan mengatasi wabah sesegera mungkin, maupun untuk tujuan menimbulkan rasa sungkan dan takut bagi negara penjajah pelaku kejahatan agenda hegemoni senjata biologi, sebagaimana diperintah Allah subhanahu wa ta’ala, yang artinya, “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu…”.
Kelima, negara wajib melakukan langkah praktis produktif untuk peningkatan daya tahan tubuh masyarakat. Berupa pembagian segera asupan bergizi kepada setiap individu masyarakat terutama yang miskin. Di samping menjamin pemenuhan kebutuhan pokok individu dan publik yang semua itu penting bagi terwujudnya sistem imun yang tangguh.
Keenam, ketersediaan fasilitas kesehatan terbaik dengan jumlah yang memadai lagi mudah diakses kapan pun, di mana pun, oleh siapa pun.
Ketujuh, anggaran berbasis baitulmal dan bersifat mutlak. Baitulmal adalah institusi khusus pengelola semua harta yang diterima dan dikeluarkan negara sesuai ketentuan syariat.
Kedelapan, kekuasaan tersentralisasi, sementara administrasi bersifat desentralisasi.
Ditegaskan oleh Rasulullah saw yang artinya, “Apabila dibaiat dua orang khalifah maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya”. Aspek ini meniscayakan negara memiliki kewenangan yang memadai untuk pengambilan tindakan yang cepat dan tepat dalam penanggulangan dan pembebasan dunia dari serangan wabah mematikan.Pelaksanaan prinsip sahih ini beserta keseluruhan ketentuan syariat Islam secara kafah dalam bingkai khilafah, bersamaan pemanfaatan teknologi terkini meniscayakan segera terwujud bukan saja Konawe, namun Indonesia dan dunia yang bebas dari serangan berbagai wabah mematikan. Wallahu a’lam