Meroketnya Harta Kekayaan Pejabat di Masa Pandemi

Pena Opini423 views

Oleh: Ummu Ahsan

Sungguh ironi Negeri Indonesia yang dulu terkenal masyhur dengan istilah “Nyiur melambai. Negeri Jamrud Khatulistiwa”, karena banyaknya SDA yang besar sehingga diperebutkan para penjajah.

Kini, sebutan itu hanya sebuah dongeng legenda tidak ada lagi keadilan, yang ada adalah rakyat jadi melarat dan alih-alih kesejahteraan yang menimpa rakyat, malah rakyat makin dimiskinkan dengan menutup perekonomiaan atas nama pandemi, sementara para pejabat kita menikmati kekayaannya yang baru-baru ini KPK mengungkap data harta para pejabat yang mengembang sejak pandemi.

Salah satu yang digaris bawahi adalah 70 persen pejabat yang hartanya naik selama pandemi.

Pejabat semakin meningkat kekayaannya dan rakyat semakin tertindas, seperti lagu Rhoma Irama “yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin”.

Telah terjadi hari ini, dan ini bukan perkara aneh dan sudah diprediksi, artinya harta kekayaan pejabat meningkat di masa pandemi seperti ini sebenarnya tidak mengagetkan karena beberapa hal.

Kita tidak pernah mendengar bahwa gaji dan tunjangan para pejabat dipotong, kemudian waktu operasional mereka banyak yang berkurang, karena selama pandemi banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara online(daring).

Kemudian banyak pejabat yang blessing semacam durian runtuh ketika pandemi, kita mendengar baru-baru ini pejabat yang dikatakan mendapat honor dalam proses penanganan kematian karena covid.

Anggaran covid dan pemulihan ekonomi nasional justru meningkat ratusan triliun naik yang awalnya dianggarkan 699 triliun menjadi 744,4 triliun, dan sering kali didengar anggaran itu turun, maka ada sekian persen untuk pejabat.

Berikutnya bahwa apa yang dilakukan terhadap anggaran tadi mendapat perlindungan oleh perppu kemudian menjadi UU no. 1 thn 2020 tentang kebijakan keuangan negara untuk penanganan covid 19. Hal inilah yang menunjukkan kenapa harta para pejabat meningkat saat pandemi dan menjadi analisa kita bahwa yang muncul ke permukaan adalah nama-nama tertentu.

Harta kekayaan meningkat, empati tidak ada sementara rakyat dalam kondisi melarat, sedang tidak sehat tidak sejahtera sebab paradigma pejabat saat di bingkai oleh sistem sekuler sehingga mereka sadar betul,  bahwa dengan menjabat itu tidak dalam rangka melaksanakan hukum Allah Ta’ala, maka sulit menghadirkan Allah Ta’ala dalam kehidupan.

Akibatnya, mereka tidak merasa di awasi oleh Allah Ta’ala, juga tidak merasa khawatir melakukan kecurangan karena bagi mereka pembalasan diakhir, adalah masalah ibadah, tidak ada hubungannya dengan masalah politik, jadi dalam sistem sekuler hanya merasa bertanggung jawab kepada presiden dan sebagainya.

Sehingga rujukan mereka adalah barat yang mendefinisikan politik sebagai kekuasaan dan uang, sebab dalam sistem sekuler, politik adalah bagaimana caranya berkuasa bukan mengurusi masyarakat, ketika mereka ingin berkuasa harus memakai uang.

Sistem demokrasi dengan istilah ‘dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat” yang ternyata faktanya dari rakyat untuk penguasa dan pejabat yang berjalan untuk mensejahterakan diri mereka sendiri kemudian mengabaikan rakyat kecil.

Seharusnya mindset mereka adalah menjadi penyambung lidah rakyat, pelayan rakyat untuk bisa menghadirkan kesejahteraan dan kemakmuran.

Hal ini berbeda dalam islam, siapapun yang berkuasa beserta jajarannya dipaksa untuk betul-betul memperhatikan kesejahteraan umat, baik pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain-lain. Intinya kebutuhan primer harus betul-betul terjamin dan dijamin negara.

Paradigma yang dibangun bahwa seorang pejabat akan muncul kesadaran bahwa kelak akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT.

Paradigma pemimpin adalah menjadi pengembala dan pelindung, filosofi pengembala adalah membawa gembalanya keluar dalam kondisi lapar dan kembali dalam keadaan kenyang dan juga sebagai pelindung terdepan melindungi rakyat.

Salah satu contoh ideal dalam islam seperti sosok khalifah Umar Bin Abdul Aziz, sebelum menjabat sebagai khalifah begitu kayanya, tapi setelah menjabat sebagai seorang khalifah maka semua gemerlap dan kekayaan dunia ditinggalkannya kemudian fokus mengurus umat.

Bahkan beliau dalam satu waktu diruang kerjanya menerima tamu yaitu anaknya sendiri untuk bisa memperbincangkan masalah pribadi anaknya, ternyata beliau mematikan lampu diruang kerjanya agar jangan sampai beliau dituntut oleh Allah gara-gara beliau menerima tamu anak kandungnya diruang kerjanya menggunakan fasilitas negara .

Wallahu A’lam.

Penulis merupakan ibu rumah tangga

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *