Oleh: Ilnawati
Revolusi idustri 4.0 memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas. Kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis telah mempengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintahan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada awal abad 20 telah melahirkan teknologi infomasi dan proses produksi yang dikendalikan secara otomatis. Dengan kata lain, mesin industri telah menggunakan sistem otomatisasi berbasis komputer, yang tentunya tidak lagi semuanya dikendalikan oleh tenaga manusia. Dampaknya biaya produksi menjadi semakin murah seiring teknologi informasi yang terus meningkat.
Perbankan juga akan terpengaruh dengan disrupsi dari era digital teknologi dalam revolusi industri 4.0 jika tidak menyikapi secara tepat dan cepat. Apakah perkembangan digital akan menyebabkan disruption bagi perbankan?. Iya, jika kita tidak menyikapi sebab, perilaku konsumen dapat berubah. Teknologi digital membuka kompetisi, kedatangan fintech juga membuka persaingan. Ini harus disikapi.
Revolusi industri mengalami puncaknya saat ini dengan lahirnya teknologi digital yang berdampak masif terhadap kehidupan manusia. Revolusi industri terkini atau generasi ke-4 mendorong sistem otomatisasi dalam semua proses aktivitas manusia. Teknologi internet yang semakin maju tidak hanya menghubungkan jutaan manusia di seluruh dunia tetapi juga telah menjadi basis bagi transaksi perdagangan dan transportasi secara online. Perubahan perilaku konsumen ini menuntut perbankan untuk lebih adaptif dengan teknologi digital. Karena jika tidak, maka perbankan akan ditinggal nasabah. Hal ini mempengaruhi beragam pola hidup masyarakat dunia, termasuk industri perbankan. Menggunakan teknologi semua jadi serba mudah, praktis dan cepat. Hal itu menuntut perbankan untuk terus berinovasi megikuti pekembangan teknologi supaya tidak teringgal.
Tantangan perbankan kedepan bagaimana mengembangkan produk-produk yang semakin memudahkan konsumen. Terkait regulasi, bank indonesia terus mendorong perbankan melakukan inovasi supaya terus berkembang. Selain industri perbankan, masyarakat juga dituntut untuk meningkatkan pengetahuan mengenai literasi keuangan. Kemudahan-kemudahan yang ada harus dipelajari karena tidak ada untung besar tanpa resiko besar.
Jika bank sudah tau resikonya maka dapat mengukur dan memantau serta melakukan mitigasi resiko. Seandainya pada akhirnya akan diatur, tidak terlalu jauh dari aturan manajemen resiko, kalau mereka ingin melakukan kolaborasi dengan fintech, saat ini perbankan harus mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang menguasai teknologi, mengetahui keinginan nasabah dan berorientasi pada kebutuhan nasabah.
Situasi ini membuka peluang bagi masyarakat untuk membentuk opini positif tentang berbagai hal kepada pihak lain. Diantaranya adalah teknologi media sosial dapat dimanfaatkan untuk membentuk komuitas atau group keluarga di dunia virtual. Walaupun secara Geografis berjauhan tetapi didekatkan dengan media sosial. Melimpahnya informasi ttidak hanya membawa pengetahuan positif saja, tetapi juga negatif. Kemampuan seseorang untuk mengelolah pengetahuan menjadi kearifan dalam lingkungan sosialnya dan akan menentukan tingkat ketahanannya di era informasi. Dengan demikian, tindakan share and rasharing informasi telah didasari oleh nilai-nilai etis sehingga tidak akan menciptakan eskalasi kegaduhan publik.
Revolusi industri generasi empat tidak hanya menyediakan peluang, tetapi juga tantangan bagi generasi milenial. Kementrian tenaga kerja menyatakan bahwa akan ada jenis pekerjaan yang hilang seiring berkembangnya revolusi industri 4.0. Untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang dibawa oleh revolusi industri 4.0, seorang pekerja harus memiliki kemampuan yang tidak dapat dilakukan oleh mesin. Misalnya, Kemampuan untuk memecahkan masalah atau kreativitas. Soft stkill adalah kuncinya.
Untuk menghadapi perubahan pada tahun-tahun mendatang, dibutuhkan para pekerja yang memiliki Soft kill seperti pemecahan masalah yang komplek, berfikir kritis, kreativitas, manajemen manusia, berkoordinasi dengan orang lain, kecerdasan emosional, penilaian dan pengambilan keputusan, berorentasi servis, negosiasi, dan fleksibiltas kognitif. Hal tersebut memiliki artian soft kill menjadi salah satu faktor paling penting untuk dimiliki para pekerja dimasa depan. Seperti kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain, memecahkan masalah, serta aspek kecerdasan emosional lainnya. Pada umumnya, industri menekankan kebutuhan akan karyawan yang bisa terus belajar, cepat beradaptasi dan melek teknologi.
Sistem pendidikan juga menekankan pengembangan Soft skill, selain keterampilan teknis, generasi milenial kedepan bisa lebih mampu beradaptasi secara cepat terhadap perubahan dan memiliki bekal kemampuan untuk menghadapi masa depan dan pengembangan karirnya di tengah geliat Revolusi industri 4.0.
Penulis adalah mahasiswi Pendidikan Ekomomi Universitas Halu Oleo Kendari