PENASULTRA.COM, KENDARI – Komoditi pertanian dan perkebunan dewasa ini semakin menggairahkan untuk masuk pasar ekspor. Namun minimnya informasi dan pengalaman, kerap kali menjadi kendala.
Tak usah khawatir, di Sulawesi Tenggara (Sultra) khususnya Kota Kendari kini sudah ada Klinik Ekspor yang siap membantu para pengusaha disektor manapun yang ingin mengekspor.
Klinik yang digagas Bea Cukai Kendari bersama instansi terkait diantaranya pemda, Pelindo, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sultra, Balai Karantina dan Bandar Udara tersebut telah berjalan sejak awal 2018.
Kepala Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea Cukai Kendari, Denny Benhard Parulian mengatakan, hingga saat ini masih sangat banyak pelaku usaha atau pengusaha yang belum paham terkait ekspor.
Sesuai data, hingga 30 November 2019, Sultra sudah melakukan 636 kali ekspor dengan total nilai ekspor sebesar USD Rp1.516.526.490 dan volume 76.728.878 Metric Ton. Ekspor tersebut masih didominasi produk tambang berupa nickel ore dan ferronickel. Diikuti oleh gurita, udang, kepiting dan cocoa butter (mentega coklat).
“Padahal potensi ekspor di Sultra sangatlah banyak. Ada rumput laut di Kabupaten Bombana, ada jagung bahkan beras,” ujarnya.
Hingga saat ini, kata Denny, sudah ada beberapa pengusaha yang melakukan konsultasi di klinik ekspor. Bahkan, ada yang sudah melakukan ekspor komoditas mete (kacang mete).
“Jadi jika ada masalah langsung ke klinik ini. Semua sektor kita terima. Mau konsultasi mengenai kemasan misalnya, pengurusan berkas atau data untuk syarat ekspor dan lain-lain semua bisa. Kita berikan solusi hingga tuntas,” bebernya.
Meski belum memiliki kantor tersendiri, klinik ekspor ini ada disemua kantor atau instansi yang terlibat langsung dalam klinik ini.
“Jadi bisa ke Bea Cukai, bisa ke Disperindag. Misal ke bea cukai kami akan panggil atau beritahu tim di instansi lain, nanti kita akan lihat apa masalahnya dan berikan solusi,” tutup Denny seraya berharap klinik ekspor ini dapat menjadi binaan langsung Gubernur Sultra.
Penulis: Yeni Marinda