Rupiah Menguat Jelang Pemilu Serentak 2019

Pena Bisnis672 views

PENASULTRA.COM, KENDARI – Sesuai data kurs atau nilai tukar referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah kembali menguat di awal minggu menjelang pemilihan umum (Pemilu) serentak 2019 pada 17 April 2019, besok.

15 April 2019, kurs dollar Amerika Serikat sebesar Rp14.067 dimana lebih rendah daripada rata-rata kurs minggu sebelumnya yang sebesar Rp14.151.

Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Surya Alamsyah mengatakan, menguatnya nilai tukar rupiah tak lepas dari perkembangan positif dari lima faktor.

Faktor tersebut yakni cadangan devisa meningkat, utang luar negeri (ULN) Indonesia tetap terkendali, struktur ULN Indonesia tetap sehat dan kebijakan BI dalam kerangka bauran kebijakan serta Komitmen Pengembangan Local Currency Setlement (LCS) Framework.

“Peningkatan cadangan devisa Indonesia pada Maret 2019 dipengaruhi antara lain oleh penerimaan devisa migas dan penerimaan valas lainnya. Ini dinilai mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” kata Alamsyah melalui rilis persnya, Selasa 16 April 2019.

Sementara itu, ULN Indonesia pada akhir Februari 2019 tercatat sebesar 388,7 miliar dolar AS yang terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar 193,8 miliar dolar AS serta utang swasta termasuk BUMN sebesar 194,9 miliar dolar AS.

“Peningkatan pertumbuhan ULN ini terutama bersumber dari pertumbuhan ULN pemerintah yang digunakan dalam pembiayaan sektor-sektor produktif,” ujar Alamsyah.

Meskipun ULN Indonesia mengalami peningkatan, kata Alamsyah, namun struktur ULN Indonesia tetap sehat. BI dan pemerintah terus berkoordinasi untuk memantau perkembangan ULN dan mengoptimalkan perannya dalam mendukung pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.

“Faktor selanjutnya, BI sudah lama mengimpelementasikan bauran kebijakan dan menyuarakan mengenai pentingnya bauran kebijakan tersebut terutama bagi small open economy dalam menghadapi volatilitas perekonomian global,” jelasnya.

Masukan tersebut, tambah Alamsyah secara konsisten dikemukakan Indonesia di tengah saran kebijakan IMF dalam menghadapi volatilitas global yang cenderung mengedepankan pendekatan menggunakan instrumen tradisional seperti suku bunga dan nilai tukar.

“Terakhir penandatanganan nota kesepahaman Mou antara BI, Bangko Sentral Ng Pilipinas, Bank Negara Malaysia dan Bank of Thailand pada tanggal 5 April lalu, merefleksikan kepentingan ekonomi bersama serta menjajaki kemungkinan pembentukan LCS framework di antara keempat negara,” bebernya.

Dengan komitmen kerjasama tersebut, pelaku usaha memperoleh keuntungan berupa pengurangan biaya transaksi dan peningkatan efisiensi dalam setelmen perdagangan, disamping mendorong penggunaan mata uang lokal lebih luas dalam masyarakat ekonomi Asean dan mempengaruhi permintaan terhadap valas.

“Beberapa faktor inilah yang berdampak pada penilaian positif dari investor luar negeri terhadap perekonomian Indonesia dan optimisme kedepannya,” tutur Alamsyah.

Untuk itu, BI berharap Pemilu serentak 2019 ini dapat berjalan lancar, aman dan damai sehingga kondisi perekonomian yang sudah baik dapat dijaga dan bahkan dapat ditingkatkan.(b)

Penulis: Yeni Marinda
Editor: Ridho Achmed