Tidak Ada Kepastian, Kebijakan Ekspor Biji Nikel Dinilai Hanya Buat Kisruh

PENASULTRA.COM, KENDARI – Carut marut kebijakan pemerintah terkait larangan ekspor biji nikel dinilai sebagai penyebab kisruhnya dunia pertambangan. Pasalnya, inkonsistensi kebijakan ini telah menyebabkan ketidakpastian bagi para pelaku usaha maupun perekonomian, khususnya penerimaan negara dan daerah.

Direktur PT Ami Ana Wonua, Rusmin Abdul Gani menilai, tarik ulur penerapan kebijakan larangan ekspor ini tidak sedikit dampak kerugian dirasakan para pelaku usaha.

Bagaimana tidak, kata Rusmin, kebijakan ekspor bagi perusahaan yang membangun smelter itu baru saja digugurkan oleh notulen rapat para Menteri terkait. Akibatnya ekspor dihentikan selama dua minggu dengan alasan evaluasi.

“Seharusnya evaluasi tetap berjalan, kegiatan ekspor pun tetap harus berjalan. Karena implikasinya adalah kerugian bagi pengusaha-pengusaha dan juga nama baik Indonesia di mata dunia,” tutur Rusmin, Kamis 14 November 2019.

“Eksportir itu telah melakukan pakta integritas bahwa akan melakukan ekspor, akan membangun smelter dan sebagainya. Ketika itu tidak dilakukan, cabut IUP-nya. Bukan malah menstop semuanya,” sambung Ketua HPIWI FKPPI Sultra ini.

Belum lagi soal keputusan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang menjadi masalah baru. Yakni, kebijakan bagi perusahaan yang tidak bisa ekspor akan dibeli barangnya oleh pabrik lokal yang sudah ada seharga US 30 dolar untuk kadar 1.7.

Rusmin menilai, jika perusahaan tidak bisa melakukan ekspor, berarti ada syarat administrasi yang tidak dipenuhi. Sehingga IUP perusahaan itu harusnya dicabut, bukan malah dibijaksanai tanpa landasan regulasi yang jelas.

Adapun bisa menjual ke pabrik lokal, tambah Rusmin, tidak ada jaminan pabrik akan membeli dengan harga seperti yang direkomendasikan BKPM.

“Pak Menteri, kepala BKPM, jangan buat kisruh. Ini sudah kisruh siapa yang bertanggung jawab,” tegas Rusmin.

“Kalau pemerintah mau komit untuk melakukan moratorium, ya sudah moratorium. Sehingga kita pengusaha lokal ini mulai menata, apakah kita hanya akan menjual ke pabril lokal atau kita juga berpikir untuk membuat smelter,” pungkas Rusmin.(a)

Penulis: Faisal
Editor: Ridho Achmed