PENASULTRA.COM, WAKATOBI – H. La Pei nyaris melukai sejumlah pendemo menggunakan samurai. Hal tersebut dipicu lantaran La Pei tersinggung gara-gara ucapan orator yang dinilai merugikan keluarga besar Bupati Wakatobi, Arhawi.
Untung saja aparat sigap menggagalkan aksi premanisme adik Bupati Wakatobi itu.
“Singgung saja pribadi bupati, jangan sebut keluarganya. Saya tidak terima, mereka keliling dua kali di depan rumahku sambil teriak-teriak, kurang ajar, saya tidak terima,” kata La Pei, Selasa 18 Juni 2019.
Kejadian tersebut bermula saat Aliansi Demokrasi melakukan unjuk rasa (Unras) di depan Kantor Bupati yang menyoroti kegagalan Pemda Wakatobi soal penanganan sampah yang dinilai belum maksimal. Padahal, anggarannya cukup besar yang dikucurkan dari pemerintah pusat.
Aksi mulai panas lantaran Bupati Wakatobi tidak berkantor. Sejumlah massa aksi memasuki kantor bupati dan menggeledah beberapa ruangan, termasuk ruangan bupati yang terkunci.
Karena tidak puas, demonstran pun melanjutkan aksi di depan Rumah Jabatan (Rujab) Bupati. Sayangnya rujab pun sepi nampak tidak berpenghuni. Pendemo hanya ditemui beberapa Pol PP yang bertugas.
Selang beberapa waktu, massa aksi pun berorasi keliling mendekati rumah kediaman pribadi Bupati Wakatobi di Jalan Lebe Umara, Kelurahan Pongo. Konvoinya pun dihentikan aparat karena dinilai tidak sesuai pemberitahuan.
“Saya diturunkan sama aparat dari mobil aksi. Tiba-tiba saya dipukul sama oknum sebanyak dua kali dari kepala sebelum polisi memaksa kami naik di mobil Dalmas,” aku Rahman Jadu, salah satu massa aksi.
Mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Baubau itu mengaku, tidak pernah menyinggung keluarga bupati seperti yang ditudingkan La Pei.
“Dalam orasi saya itu, saya bertanya kepada keluarga besar masyarakat Wakatobi jika ada yang melihat bupati tolong beritahu kami. Kami ingin ketemu,” bebernya.
Menanggapi aksi premanisme adik Bupati Wakatobi, Kapolsek Wangiwangi, Iptu Idris Unga mengaku tidak mengetahui peristiwa tersebut, meskipun ia bertugas sebagai pengamanan dalam aksi unras tersebut.
“Kalau itu saya tidak lihat. Kami hanya amankan massa aksi ke mobil supaya tidak dihakimi massa,” ujar Idris Unga.
Sehari setelah kejadian, keluarga Bupati mengutus sejumlah orang untuk menemui Aliansi Demokrasi di rumah Kades Liya One Melangka agar persoalan tersebut tidak melebar. Alhasil, pertemuan kedua belah pihak yang turut dihadiri Kesbangpol setempat dan aparat kepolisian membuahkan hasil dengan jalan damai.(a)
Penulis: Deni La Ode Bono
Editor: Yeni Marinda