Ini Penjelasan PPK Soal Jalan Aspal Warangga yang Bergelombang

PENASULTRA.COM, MUNA – Ruas jalan Tampo menuju Kota Raha, Kabupaten Muna hingga Tondasi Kabupaten Muna Barat (Mubar) mulai dilakukan perbaikan sejak April 2019 lalu. Anggaran sebesar Rp 22 miliar bersumber dari APBN telah dialokasikan guna pembenahan jalan sepanjang 89 kilometer (km).

Dari perbaikan sepanjang itu, jalan poros Raha-Watopute juga masuk dalam item pekerjaan. Sebelumnya dilakukan pelapisan aspal baru, namun jalur yang berada di sekitar kawasan hutan Warangga tersebut permukaannya masih nampak bergelombang (bleeding).

Mengingat kondisi itu, apakah solusi tindakan pemeliharaan agar tingkat pelayanan tetap terjaga dengan cara mengupas atau mengeruk perkerasan aspal lama lalu kemudian dilapisi dengan aspal baru?

Untuk memastikan hal itu, awak media mencoba menemui pihak Balai Nasional yang beralamat di jalan Kelinci, Kelurahan Raha III, Kecamatan Katobu.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) paket Tampo-Dalam, Kota Raha-Tondasi, Imanuel menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan sehingga permukaan aspal bleeding. Kata dia, hal itu diakibatkan kelebihan aspal, faktor usia dan bisa juga karena faktor cuaca yang tidak mendukung pada saat penghamparan aspal.

“Untuk melindungi permukaan agar lebih nyaman, sehingga dilakukan pengerukan dan pengupasan yang tidak sempurna. Namun tidak semua harus dikeruk memang posisinya bleeding. Itu juga untuk mengefisien dana, kalau ada dana kenapa tidak,” kata Imanuel, Senin 22 Juli 2019.

Menurut Imanuel, jenis aspal dapat mempengaruhi terjadinya bleeding. Aspal yang dipakai di jalan poros Raha-Watopute sebelumnya, kata dia adalah RMA, sedangkan untuk aspal yang digunakan saat ini adalah Hot Mix jenis Asphalt Concrete- Wearing Course (AC-WC).

“Kita berharap kerusakan tidak terlalu sebesar kemarin. Minimal masyarakat terlayani dengan transportasi jalan yang nyaman, itu dulu,” bebernya.

Pantauan awak Penasultra.com di lokasi, Sabtu 22 Juli 2019, PT Mitra Pembangunan Sultra sebagai pihak kontraktor saat melapisi aspal baru belum melakukan pengerukan dan pengupasan pada aspal lama, padahal titik tersebut permukaannya cukup parah.

“Lokasi itu akan menjadi perhatian khusus, jika ada gelaja bahwa akan bleeding, mau tidak mau kita akan bongkar. Itu tanggungjawabnya mereka (kontraktor). Kan pemeliharaan satu tahun, kalau masih ada kerusakan, maka wajib dilakukan. Tapi kita mengharapkan dengan proses ini hasilnya sudah maksimal,” pungkas Imanuel.(b)

Penulis: Sudirman Behima
Editor: Bas