Oleh: Adhelia Ariestasandy
Pandemi covid-19 yang terjadi sejak pekan terakhir Januari 2020 ini berdampak pada penurunan ekonomi di berbagai sektor di Indonesia. Salah satunya pariwisata yang mengalami penurunan angka wisatawan yang berkunjung akibat adanya pandemi covid-19 ini. Dilansir dari data Badan Pusat Statistik (BPS), secara kumulatif (Januari-Agustus 2020) tercatat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia hanya mencapai 3,41 juta kunjungan saja atau bisa dikatakan terjadi penurunan hingga 68,17 persen dibandingkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara periode yang sama pada tahun 2019 yang berjumlah 10,71 juta kunjungan.
Kebijakan pemerintah untuk menutup kunjungan wisatawan domestik hingga mancanegara ini juga memberi dampak terhadap sektor pariwisata di Sulawesi Tenggara, salah satunya yaitu Kabupaten Wakatobi yang mengalami penurunan jumlah wisatawan hingga 50 sampai 60 persen sejak adanya wabah ini. Penurunan jumlah kunjungan wisatawan ini membuat para pelaku industri pariwisata mulai gencar memutar otak guna memikirkan cara agar tetap dapat mempertahankan sektor pariwisata agar terus berjalan dan tidak semakin jatuh lebih dalam lagi.
Berdasarkan data Kementrian Keuangan, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) hingga Juli 2020 hanya menyerap 20,5 persen dari total pagu APBN 2020 senilai Rp, 3,2 triliun. Oleh karena itu, Kemenparekraf tercatat sebagai kementerian dengan penyerapan anggaran terendah dibandingkan dengan 33 Kementerian lainnya.
Akibat dari penurunan ekonomi dari sektor pariwisata ini membuat pemerintah Indonesia terus berusaha membangkitkan kembali pariwisata Indonesia agar dapat meningkatkan perekonomian negara. Guna mencapai target ini, dibutuhkan upaya konkret yang dilakukan pemerintah, salah satunya dengan melakukan berbagai program promosi melalui media sosial yang dapat menarik kunjungan wisatawan domestik hingga mancanegara sehingga membangkitkan kembali popularitas citra pariwisata Indonesia.
Pada masa pandemi saat ini, diberlakukan penerapan #dirumahaja oleh pemerintah yang membuat intensitas masyarakat untuk menggunakan media sosial tentu sangat tinggi, sehingga mereka hanya bisa melihat perkembangan dunia luar melalui media sosial saja. Oleh karena itu, komunikasi digital ini dimanfaatkan sebagai sarana promosi wisata yang dapat menarik kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara sehingga membangkitkan kembali popularitas citra pariwisata Indonesia yang terbukti ampuh dalam mendorong minat dan keinginan masyarakat melalui media sosial dengan bantuan sejumlah influencer yang memperkenalkan kembali wisata Indonesia yang disajikan melalui audio visual guna membangkitkan kembali wisata yang ada di Indonesia.
Wishnutama menjelaskan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melakukan kerjasama dengan sejumlah influencer guna mempromosikan wisata Indonesia yang darurat akan penanggulangan dampak dari wabah virus covid-19. Influencer sendiri yaitu figur yang memiliki pengaruh besar dalam menarik perhatian audiens dan biasanya berasal dari kalangan selebritis, selebgram, youtuber, blogger, ataupun mereka memiliki keahlian menyajikan konten yang menarik di platform media sosial.
Metode promosi menggunakan influencer ini bukan hanya dilakukan oleh Indonesia saja, tetapi negara-negara maju seperti Korea dan Dubai juga menggunakan metode seperti ini dan terbukti efektif, sehingga promosi dengan strategi ini dianggap memberikan dampak ekonomi yang besar, karena dapat menarik gairah wisatawan untuk kembali berwisata sehingga calon wisatawan dapat memikirkan tujuan destinasi yang terbaik memiliki kualitas, layanan, dan keamanan yang sangat memadai dikala pandemi.
Pemasaran secara digital melalui media sosial ini lebih banyak diminati dibandingkan dengan strategi konvensional seperti pemasangan billboard ataupun sejenisnya yang dianggap tidak relevan dengan perkembangan era digital yang sangat pesat seperti saat ini.
Pemerintah bukan hanya bekerja sama dengan influencer lokal namun hingga mancanegara. Para influencer akan didanai pemerintah untuk mengeksplorasi destinasi yang ada di Indonesia dengan menceritakan perjalanan wisata mereka dan menjelaskan protokol kesehatan yang harus dilakukan bahwa sebelum berwisata diwajibkan untuk melakukan rapid test atau swab test sebagai persyaratan, sehingga dapat menjadi pedoman bagi wisatawan ketika akan berwisata di kala pandemi.
Diharapkan dengan adanya strategi promosi Kemenparekraf melalui hubungan kerjasama antar pemerintah dan sejumlah influencer dapat memberikan dampak yang besar untuk memulihkan kondisi ekonomi sektor pariwisata Indonesia yang menurun akibat adanya wabah covid-19. Setelah strategi ini cukup memberikan keuntungan bagi sektor pariwisata, selanjutnya anggaran yang diberikan dapat dialihkan untuk memperbaiki kualitas destinasi wisata di setiap daerah agar mampu lebih berinovasi untuk membangkitkan pariwisata Indonesia.
Penulis adalah mahasiswa Program Studi Bisnis Perjalanan Wisata Universitas Gadjah Mada