PENASULTRA.COM, WAKATOBI – Produksi rumput laut jenis Eucheuma Cottoni di Wakatobi beberapa tahun terakhir menurun drastis.
Massa paceklik yang dihadapi petani rumput laut sejak tahun 2011, kini menjadi perhatian serius beberapa lembaga seperti, Dinas Kelautan Perikanan (DKP), World Wide Fund for Nature (WWF) dan Balai Taman Nasional (TNW).
Untuk mengatasi dan memperbaiki kondisi budidaya rumput laut jenis cottoni yang tingkat produksinya semakin menurun.
WWF melakukan penelitian terhadap cara dan tempat budidaya rumput laut disejumlah tempat di Wakatobi.
Dari hasil penelitian ditemukan, penyebab turunnya produksi rumput laut jenis Cottoni karena kandungan nutrien yang dibutuhkan cottoni tidak cukup. Akibatnya, perkembangan rumput laut yang di budidaya tidak subur.
Muhammad Yusuf, Fisher Science WWF Indonesia mengatakan, petani rumput laut bisa mencoba budidaya di tempat lain yang kaya akan nutrium. Dan mencoba melakukan budidaya rumput laut jenis lain yang bisa didatangkan dari daerah lain selain spinosum.
“Petani juga bisa melakukan budidaya rumput laut jenis spinosum yang selama ini sudah dijalankan. Dan melakukan budidaya dengan menggabungkan bibit cottoni dengan spinosum pada satu media dengan cara bergantian setiap musim antara cottoni dengan bibit lainnya”, beber Muhammad Yusuf seusai kegiatan publikasi dan penyuluhan hasil kajian carring capacity rumput laut yang dihadiri puluhan petani budidaya rumput laut, Sabtu 1 September 2018.
Hasil kajiannya juga menyarankan petani untuk membuat kebun pembibitan cottoni untuk memperbaiki kualitas budidaya. Disarankan setiap bibit hanya bisa digunakan maksimal empat kali masa panen.
“Saran kami jangan paksakan cottoni di perairan Wakatobi karena nutriennya sudah berkurang. Kalau spinosum tidak ada masalah. kapan pun bisa dibudidayakan”, ucapnya.
Pihaknya kata Yusuf sudah melakukan identifikasi dibeberapa titik perairan di Wakatobi yang dinilai layak digunakan untuk budidaya rumput laut cottoni.
Namun, pihaknya belum meneliti lebih lanjut apakah perairan tersebut mengandung nutrien atau tidak.
Kepala Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Wakatobi, Oktawianus menambahkan, turunnya produksi rumput laut jenis cottoni telah diteliti beberapa tahun terakhir. Dengan melakukan analisis terhadap bibit, pola tanam dan carring capasity. Penyebabnya adalah kekurangan nutrien.
“Oleh karena itu kami terus mendorong petani rumput untuk memproduksi jenis spinosum yang harganya juga lumayan bagus. Perlu didorong pola budidaya Integritet multiaqua kultur yakni, mengkombinasi budidaya rumput laut dengan budidaya karamba jaring apung dan kegiatan lainnya sebagai kegiatan pendukung lainnya,” ucap Oktawianus.
Oktawianus berharap, agar masyarakat terutama nelayan dan petani rumput laut bisa melakukan aktifitas memanfaatkan perairan dengan bijak, agar tidak kehilangan nutrisi yang diperlukan biota laut lainnya termasuk kebutuhan nutrien oleh rumput laut.(b)
Penulis: Deni La Ode Bono
Editor: Kas