PENASULTRA.COM, KONSEL – Puluhan warga kurang mampu Desa Wawatu Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) Sulawesi Tenggara mengeluhkan adanya beras dari Bulog yang dibagikan sebagai Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), namun rasanya pahit dan berkutu.
Suriani (36), agen beras yang melayani penerimaan BPNT di Desa Wawatu mengungkapkan, beras yang disalurkan Bulog ini diduga beras lama dan tidak layak konsumsi.
“Masyarakat tidak mau terima, karena berasnya berkutu. Ada juga yang bilang berasnya terasa pahit,” ucap Suriana saat ditemui di kiosnya Senin, 04 November 2019.
Suriana menambahkan bahwa sebagai agen beras awalnya ia membeli beras di pasaran untuk disalurkan kepada penerima BPNT.
Namun setelah adanya aturan pemerintah yang mengharuskan bahwa beras yang akan disalurkan kepada penerima BPNT harus beras dari bulog, sehingga ia menerima beras dari Bulog yang didistribusikan oleh suplayer bersama Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) .
“BNPT ini kan sudah empat bulan berjalan. Dua bulan pertama saya ambil dari langganan saya. Dia yang antarkan langsung ke sini. Dan sebelum masuknya ini beras Bulog, masyarakat tidak ada yang mengeluh. Karena memang berasnya bagus, tidak berkutu,” ucapnya lagi.
Lebih lanjut, Suriana menjelaskan bahwa sebelum ia menerima beras dari bulog ini, pihak TKSK dan suplayer terlebih dahulu membawakan sampel beras yang akan disalurkan.
Sampel beras yang diperlihatkan memang bagus. Sehingga sepakat untuk menerima beras tersebut dan nantinya akan di salurkan kepada penerima BPNT.
“Tapi setelah saya dibawakan 10 karung ternyata berasnya beda dengan sampel yang dibawakan itu,” ucapnya.
Suriana mengatakan bahwa harga beras Bulog lebih mahal daripada beras lain yang dijual di pasaran. Ia merincikan, bahwa beras yang ia bayar di bulog harganya Rp9.300 per kg. Sedangkan beras yang dijual di pasaran hanya Rp 8.600 per kg.
“Tapi yang saya ambil sama langganan saya lebih bagus berasnya, dan masyarakat tidak ada yang mengeluh. Sedangkan beras bulog ini banyak mengeluh, bahkan tidak mau terimah. Padahal harganya lebih mahal,” tukasnya.
Senada, Misrayati (32) penerima BPNT Desa Wuawatu menambahkan, pemberian bantuan ini memang tepat waktu setiap bulan. Hanya saja kualitas beras yang diberikan saat ini tidak sesuai dengan harapan penerima manfaat.
“Berasnya jelek, baru banyak kutunya. Tapi kita mau bikin apa juga, sudah itu mi yang dikasih,” ucapnya.
Terpisah, Syahrin Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Moramo Utara mengatakan bahwa ia selalu mendampingi suplayer dan memastikan bahwa beras yang diberikan itu berkualitas bagus dan layak konsumsi.
“Saya juga tidak tau masyarakat. Tapi itu beras saya makan sendiri juga. Tidak pahit. Tapi kalau masyarakat tidak mau terima nanti saya gantikan lagi,” tukas Syahrin.(a)
Penulis: La Ode Husaini
Editor: Kasmilahi