PENASULTRA.COM, KENDARI – Dalam upaya membuka akses layanan komunikasi di Indonesia Telkomsel telah membangun 551 Base Transceiver Station (BTS) di kawasan tertinggal, terluar, dan terdepan (3T). Program ini direalisasikan Telkomsel sesuai dengan program merah putih yakni menembus daerah perdesaan, Industri Terpencil, dan Bahari. Program tersebut sudah direalisasikan sejak kurun waktu tiga dalam terakhir.
Direktur Network Telkomsel, Bob Apriawan mengungkapkan, dalam waktu dekat, pihaknya akan segera mengoperasikan 17 BTS lainnya, sehingga secara total menjadi 568 BTS di 568 desa tanpa sinyal di tanah air.
Seluruh BTS di wilayah terisolir kata dia, tersebar di 14 provinsi, yakni Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Jambi, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Bob Apriawan mengungkapkan, dari 568 BTS tersebut, 47 di antaranya merupakan BTS 4G yang memungkinkan masyarakat memanfaatkan layanan data yang berkualitas untuk meningkatkan produktivitas.
“Kehadiran BTS di wilayah-wilayah yang sebelumnya tidak memperoleh akses telekomunikasi ini adalah komitmen kami dalam membangun dan memajukan seluruh negeri,” kata Bob Apriawan, Jumat 23 Maret 2018.
Tidak hanya di kota dan daerah yang menguntungkan secara bisnis. Namun pihaknya juga tetap membuka akses wilayah terpencil untuk mendorong kemajuan daerah dalam segala aspek kehidupan.
Pembangunan BTS di kawasan 3T tersebut merupakan hasil kerjasama Telkomsel dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam hal penyediaan akses telekomunikasi seluler bagi masyarakat di wilayah pelayanan universal telekomunikasi dan informatika atau yang lebih dikenal dengan Universal Service Obligation (USO).
“Kami membangun BTS USO di wilayah terisolir dengan menerapkan teknologi BTS yang memungkinkan penggunaan layanan transmisi satelit Very Small Aperture Terminal-Internet Protocol (VSAT-IP),” ungkapnya.
Teknologi ini, kata Bob Apriawan, merupakan solusi komunikasi untuk melayani daerah-daerah terpencil dengan kondisi geografis yang menantang sehingga paling tepat untuk diimplementasikan di negara kepulauan seperti Indonesia.
“Di program ini kami juga mengadakan perangkat antena yang berfungsi untuk mengirim dan menerima sinyal telekomunikasi serta base station controller (BSC) untuk mengontrol dan memonitor kinerja BTS,” ungkapnya.
Hadirnya BTS 4G Telkomsel terbukti nyata mentransformasi kehidupan masyarakat di wilayah terpencil. Sebagai contoh beroperasinya BTS USO berteknologi 4G di Desa Tolo’oi, Kecamatan Tarano, Kabupaten Sumbawa, NTB.
Kehadiran layanan dengan kecepatan akses data tinggi ini dimanfaatkan secara positif untuk meningkatkan produktivitas masyarakat yang sebagian besar memiliki mata pencaharian di bidang pertanian dan peternakan.
“Saat ini masyarakat semakin cepat dan mudah dalam bertukar informasi dalam bentuk teks maupun foto untuk melaporkan hasil panen jagung maupun melakukan transaksi jual beli pupuk,” bebernya.
Bob Apriawan menambahkan, Telkomsel tidak hanya akan menghadirkan konektivitas layanan komunikasi, namun juga menyediakan solusi produk dan layanan digital yang turut mendukung produktivitas masyarakat sekaligus meningkatkan perekonomian daerah pelosok.
“Program ini diharapkan memberikan solusi agar masyarakat di wilayah yang belum terjangkau layanan telekomunikasi bisa menikmati layanan telekomunikasi dengan standar kualitas yang sama dengan wilayah lainnya di seluruh Indonesia,” tutupnya.(b)
Penulis: Yeni Marinda
Editor: La Ode Kasmilahi