PENASULTRA.COM, KENDARI – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) sebelumnya telah meminta kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sultra agar menjadikan bahasa daerah sebagai mata pelajaran di sekolah-sekolah.
Langkah ini dilakukan lantaran bahasa daerah di Sultra disinyalir bakal punah tanpa ada revitalisasi.
Terkait hal ini, Plt Kadis Dikbud Sultra, Asrun Lio yang dikonfirmasi mengaku sangat mendukung dimasukannya bahasa daerah di dalam mata pelajaran muatan lokal.
“Ada (bahasa) Tolaki, Bugis, Wolio dan lain-lain. Nah dengan bahasa daerah masuk dalam mata pelajaran yakni pelajaran muatan lokal dan diajarkan di sekolah, ini cara yang baik untuk revitalisasi,” kata Asrun Lio, Jumat 4 Januari 2019.
Asrun menyebut, saat ini sudah ada beberapa sekolah yang menerapkan atau mengajarkan bahasa daerah di sekolah.
“Sebenarnya muatan lokal bukan hanya bahasa daerah, boleh juga dengan potensi-potensi daerah. Misalnya daerah itu mengembangkan program dibidang pertanian, sekolah yang ada di daerah itu bisa memasukkan mata pelajaran muatan lokal dalam bidang pertanian atau perkebunan dan lain-lain,” jelasnya.
Banyak orang tua, kata Asrun, kurang mengekspos bahasa daerah ke anak-anaknya. Padahal, hasil penelitian menunjukkan orang atau anak yang tumbuh dalam bilingual atau tumbuh dalam dua bahasa yakni bahasa Indonesia dan bahasa daerah, cendrung memiliki prestasi belajarnya lebih baik di sekolah.
“Mereka juga cenderung mudah mempelajari bahasa Inggris, karena otaknya sudah terlatih,” tukasnya.(b)
Penulis: Yeni Marinda
Editor: Ridho Achmed