PENASULTRA.COM, KENDARI – Gelar Workshop, UPTD Museum dan Kebudayaan Sulawesi Tenggara (Sultra) sajikan ritual Mosehe Wonua. Selain menyajikan ritual Mosehe Wonua, UPTD Museum dan Kebudayaan Sultra melakukan revitalisasi budaya lokal.
Kepala UPTD Museum dan Kebudayaan Sultra Dodhy Syahrulsah mengungkapkan, kegiatan itu merupakan kegiatan rutinitas untuk mengingatkan kembali kebudayaan-kebudayaan yang ada di Sultra. Sehingga semua warisan budaya bisa dikenal.
“Warisan budaya lokal Sultra penting untuk dilestarikan. Agar bisa dikenal disemua kalangan,” tuturnya, Sabtu 5 Mei 2018.
Sementara itu, Ketua Adat Wonua Ndinuhu Tolaki Azmain mengatakan Mosehe Wonua merupakan tolak bala dan mensucikan diri doa dari sang ilahi agar segala perbuatan dan dosa mendapatkan pengampunan untuk masa yang akan datang.
Dijelaskannya, tata cara ritual Mosehe Wonua yaitu menyiapkan daun sirih, kapur sirih yang di tempatkan diatas tapis dan ditutup di daun pisang. Kemudian rangkaian dari simbol-simbol dua dunia antara dunia nyata atau tidak sebagai penyempurnaan pelaksanaan upacara adat Mosehe Wonua.
Tambahnya, upacara Mosehe Wonua ditutup dengan rangkaian penyembelihan sapi yang di yakini sebagai penyempurnaan upacara adat. Karena seekor sapi yang hendak di sembelih untuk membuang sial yang di lakukan oleh tokoh adat Mosehe Wonua. Semua masyarakat yang hadir saling berpegangan tangan satu sama lain untuk menghapus semua dosa-dosa.
“Mosehe Wonua ini ada bebera jenis antara lain Mosehe Ndiolu hanya menggunakan media, Mosehe Manu menggunakan ayam, Mosehe Ndiniku dengan menggunakan kerbau, Mosehe Dahu dan Mosehe Ndinudu antara person dari penguasa-penguasa negeri,” ungkapnya.
Azmain menyebut, Mosehe Wonua agak susah untuk mewariskan karena Mosehe itu harus di wariskan yang betul-betul memilika kaitan keturunan turun-temurun. Disamping itu kesulitan dorongan dari pemerintah untuk melestarikannya.
“Saya berharap dengan kegiatan ritual Mosehe Wonua kembali dihidupkan sebagamana mestinya,” harapnya.(b)
Penulis: Edi sartono
Editor: La Basisa