PENASULTRA.COM, KENDARI – Bupati Buton Utara (Butur), Abu Hasan mengungkapkan, ada empat langkah strategis yang ditempuh untuk dapat mengembangkan pertanian organik di wilayah pemerintahannya.
Yang pertama adalah optimalisasi lahan. Ia mengatakan, selama ini di Butur terdapat cukup banyak lahan tidur. Namun pihaknya telah melakukan langkah-langkah optimalisasi lahan sehingga lahan tidur berubah menjadi lahan hidup.
“Dulu kalau teman-teman jalan-jalan dari Baubau ke Ereke, dari Ereke ke Wakorumba, itu penuh dengan lahan tidur. Dan sekarang lahan tidur itu sudah berubah menjadi lahan hidup yang produktif, baik itu padi ladang maupun non padi ladang dan peternakan,” ungkap Abu Hasan usai memberikan kuliah umum di auka GIC Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK), Senin 12 November 2018.
Yang kedua adalah masalah pupuk. Menurutnya, pertanian organik membutuhkan pupuk organik dan tidak boleh pupuk kimia. Ia mengatakan, saat ini Pemda Butur sudah memiliki pusat pengolahan pupuk organik di Desa Dampala Jaya.
“Untuk itu saya menganjurkan setiap kepala desa membeli sapi. Selain sapi itu untuk ternak mereka, juga kotorannya bisa sebagai bahan pupuk organik,” tuturnya.
Ketiga, lanjut Abu Hasan, yaitu terkait pengembangan bibit. Yang menjadi salah satu tujuan pertanian organik yaitu untuk melestarikan bibit padi lokal yang varitasnya cukup banyak.
Disebutnya, jumlah varitas padi lokal yang ada di Butur yaitu sebanyak 40 jenis, yang sudah diidentifikasi sebanyak 20 jenis, dan yang telah terdaftar sebanyak sembilan jenis. Keseluruhannya menjadi milik Butur.
“Itu yang ingin kita lestarikan dan kembangkan, kemudian kita subsidikan ke petani. Sehingga padi lokal ini selain lestari juga tidak diambil oleh orang lain,” ungkapnya.
Terakir dan yang paling besar yaitu terkait pemasaran. Menurutnya, pemasaran hasil pertanian organik tergantung dari sertifikasi nasional maupun sertifikasi internasional.
Abu Hasan mengungkapkan, saat ini sertifikasi nasional sudah berjalan. Sedangkan sertifikasi internasional masih sementara berproses. Proses ini dinilai cukup panjang, karena Butur harus terlebih dahulu menjadi anggota pertanian organik dunia yang berpusat di Jerman.
“Dan hari ini Butur sudah menjadi anggota pertanian organik dunia yang berpusat di Jerman. Sehingga kita sudah bebas untuk melakukan sertifikasi internasional,” pungkas mantan kepala Biro Humas Setda Sultra itu.(b)
Penulis: La Ode Muh. Faisal
Editor: Ridho Achmed