Kisruh Rektor Asing Bikin Pusing

Oleh: Fadhliyah

Rencana Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir merekrut rektor asing untuk memimpin Perguruan Tinggi Negeri (PTN), mengundang polemik. Sebagian kalangan menganggap Menteri Nasir tidak mengetahui persoalan sesungguhnya dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Menteri Nasir lewat kebijakan itu berniat memajukan kualitas pendidikan di Indonesia, sehingga kampus di Indonesia bisa menembus ranking 200 besar dunia.

“Apabila kita punya keinginan meratingkan perguruan tinggi kita di kelas dunia berarti kita harus melihat dunia atau di negara-negara lain. Oleh karena itu yang namanya rektor dari luar negeri atau asing, guru besar asing yang akan masuk pada perguruan tinggi di Indonesia itu hal yang lumrah,” kata Nasir ditemui di kantornya, Gedung Kemenristekdikti, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (2/8).

Kebijakan tersebut sejatinya tidak mengandung aspek edukasi sama sekali, tetapi membahayakan pendidikan Indonesia. Jika dilihat dari alasan untuk melakukan impor asing seharusnya kita perlu menelisik lebih jauh terkait hal tersebut.

Proyek perekrutan rektor asing tersebut merupakan salah satu program yang dicanangkan pemerintah untu menangkal paham radikalisme yang kian hari makin tumbuh dari kampus. Belum lagi makin hari universitas yang ada di Indonesia makin tersuasanakan dengan iklim Islamophobia.

Islamophobia sendiri digaungkan dalam rangka untuk mengkounter tumbuhnya ide Islam sebagai Ideologi, salah satunya adalah saat BNPT merilis daftat nama-nama PTN yang terindikasi radikal.

Kita juga perlu mengingat bahwa rektor asing tersebut sejatinya akan menjadi kaki tangan para antek Asing dan Aseng untuk membawa ide transnasional liberalisme dan sekularisme di negeri ini. Dimana kedua ide tersebut merupakan ide yang akan menghancurkan insan generasi perguruan tinggi negeri.

Ketika ide liberalisme dan sekularime yang menjadi adopsinya bukannya kemajuan yang didapatkan tetapi justru semakin merosot pada kemunduran dan penjajahan. Karena generasi intelektual tersebut seharusnya menjadi generasi pemikir yang penuh kreatifitas dan inovasi untuk membangun negeri ini menjadi negara mandiri.

Bagaimana mungkin pendidikan kita dapat maju jika para pemimpinnya berasal dari Asing dan Aseng yang syarat dengan ide liberal dan sekuler yang menjadi panduannya dalam memimpin. Jika permasalahan kualitas dari Akademisi justru hal tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah untuk semakin meningkatkan kualitas bagi tenaga pendidik yang mencurahkan segala tenaga, pemikiran, waktu dan materi untuk kemajuan pendidikan generasi kita.

Apakah pemerintah telah menyiapkan sarana-sarana pendidikan yang memadai untuk mewujudkan hal tersebut. Alih-alih menjadikan wacana import rektor asing sebagai jalan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.

Sistem Pendidikan Islam Role Model Pendidikan Kelas Dunia

Berbeda dengan pendidikan kapitalis sekuler yang bergantung pada Asing dan Aseng. Khilafah adalah institusi yang berdaualat dan berwibawa. Khilafah memiliki sistem pendidikan terbaik yang SDM-nya memiliki potensi yang berkualitas dalam segala potensi.

Khilafah memandang pendidikan sebagai sektor yang amat pentinng dalam menghasilkan peradaban dunia, karenanya segala daya dan upaya dikerahkan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas SDM-nya khususnya tenaga pendidik yang merupakan ujung tombak dari sistem pendidikan.

Sistem Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang terstruktur, terprogram, dan sistematis dalam rangka membentuk manusia yang memiliki: (1) Kepribadian Islam; (2) Menguasai pemikiran Islam dengan handal; (3) Menguasai ilmu-ilmu terapan (pengetahuan, ilmu, dan teknologi/PITEK); (4) Memiliki ketrampilan yang tepat guna dan berdaya guna.

Hanya dalam negara Khilafah sajalah pendidikan Islam akan dapat menempati posisinya yang strategis, yaitu sebagai pembentuk dan pelestari peradaban Islam.(***)

Penulis adalah Pemerhati Sosial Masyarakat dan Pendidikan