PENASULTRA.COM, BAUBAU – Ditengah maraknya euforia pemilihan kepala daerah di kota Baubau, Baubau Creative Forum (BBCF) menggelar diskusi dengan mengambil tema “Geliat Ekonomi Kreatif dalam Menjawab Permasalahan di Kota Baubau dan Kepulauan Buton”, Minggu 23 Juni 2018.
Ketua BBCF Kota Baubau LM Ishaq Anshari mengatakan, diskusi itu bertujuan untuk memberikan wawasan paradigma baru dan persamaan persepsi mengenai ekosistem ekonomi kreatif (Ekraf) dalam mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan pengembangan ekonomi kreatif di Kota Baubau dan Kepulauan Buton.
Kata Iwan sapaan LM Ishaq Anshari, saat ini tren kegiatan ekonomi kreatif sudah mulai tumbuh dikalangan anak muda. Hanya saja belum menjadi suatu industri yang besar dan signifikan. Produk kreatif kebanyakan di pasarkan dengan cara sederhana. Misalnya melalui internet, media sosial, hingga dari mulut ke mulut.
Sampai saat ini, di Baubau dan Kepulauan Buton (Kepton) belum memiliki kompleks industri kreatif, baik dari kegiatan produksi maupun pemasaran.
“Penting kiranya pemerintah membangun suatu sistem kebijakan dan regulasi serta memfasilitasi para pelaku-pelaku industri kreatif. Sehingga masing-masing aktor dan unsur industri kreatif mudah saling berkolaborasi dan mudah pula mempertemukan produsen serta konsumen industri kreatif,” ujarnya
Untuk itu, lanjut Iwan, perlu didesign sedemikian rupa untuk merefleksikan karakteristik secara massif dan komunitas pelaku ekonomi kreatif. Hal itu sejalan dengan Inpres Nomor 6 tahun 2009.
Di dalam Inpres itu termuat bidang penelitian dan pengembangan dimasukan sebagai bagian dari ekonomi kreatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi.
Sementara itu, narasumber dalam diskusi itu, Rafiuddin menjelaskan salah satu tahapan dalam pengembangan ekonomi kreatif adalah melibatkan peran aktif dari seluruh pemangku kepentingan baik dari skala lokal, regional hingga nasional.
Namun, kata Ketua Kendari Kreatif (KK) itu, dalam konteks pengembangan ekonomi kreatif harus mengangkat nilai-nilai kearifan lokal sebagai kekhasan dan potensi kekayaan daerah.
“Kota Baubau dan Kepulauan Buton memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang memiliki prospek tinggi dan luas dalam kerangka pengembangan ekonomi kreatif,” kata Rafiuddin.
Bukan hanya itu, lanjut Indonesia Creative City Network (ICCN) Koordinator Daerah Sulawesi Tenggara (Sultra) ini, digitalisasi lagu daerah, animasi cerita rakyat di berbagai daerah dengan mutu yang baik, atau penciptaan kreasi-kreasi juga dimiliki Kepton.
“Kita tidak kekurangan SDM yang berbakat dan kreatif. Hanya saja, pembinaan dan fasilitasinya saja yang kurang memadai,” terang Racil sapaan karib Rafiuddin.
Sekedar diketahui, diskusi ini dihadiri beberapa komunitas yang tersebar di Kota Baubau dan di Kepulauan Buton seperti Buton Kreatif, Buteng Kreatif, Busel Kreatif, Kepton Kreatif dan Limbo Wolio Insitute yang disuport oleh Rumah Kreatif BUMN Telkom Kota Baubau.(b)
Penulis: La Basisa
Editor: Ridho Achmed