Memprihatinkan, SDN 16 Tongkuno Hanya Miliki Dua Ruang Belajar

PENASULTRA.COM, MUNA – Puluhan siswa yang mengenyam pendidikan di SD Negeri 16 Tongkuno Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) terpaksa harus berdempet dempetan saat mengikuti proses belajar mengajar.

Pasalnya Sekolah Negeri yang dibangun sejak tahun 2008 silam itu hanya memiliki 2 ruang kelas yang digunakan sebagai proses belajar mengajar. Hal ini membuat para siswa merasa terganggu saat menerima pelajaran .

Kepala SDN 16 Tongkuno, La Kiai, mengaku prihatin dengan kondisi sekolah yang dipimpinnya tersebut. Pasalnya, untuk melaksanakan proses pembelajaran pada setiap kelas, pihaknya terpaksa melakukan pemetaan terhadap dua ruangan yang ada.

“Jadi di SDN 16 tongkuno ini keluhan yang pertama itu masalah ruangan belajar. Karena rungan belajar disini hanya dua. Tapi di sekat-sekat pake tripleks menjadi 6 ruangan. Jadi pelaksanan pembelajaran itu sangat terganggu dan tidak maksimal. Susah untuk maksimal Kerena kondisi ruangan yang tidak memadai. Kerena yang sesungguhnya 1 ruangan dibuat jadi 3 ruangan. Jadi dua ruangan itu disekat menjadi 6 rombel”, jelas La Kiai saat di temui di ruang kerjanya, Sabtu, 20 Juni 2020.

Ia menyebutkan keseluruhan siswa SDN 16 Tonguno dari kelas 1 sampai kelas 6 berjumlah 50 siswa. Jumlah guru 9 orang dan 1 orang tata usaha. 4 orang berstatus PNS dan yang lain Guru Tidak Tetap (GTT) dan tata usaha.

“Setiap kelas jumlah siswanya bervariasi ada yang 10, ada yang 7 oang dan ada yang 17 org” paparnya.

Sebagai pimpinan di sekolah itu, pihaknya mengaku telah beberapa kali mengusulkan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Muna. Alhasil saat ini ia sudah menerima informasi akan dibangunnya 1 lokal gedung kelas belajar.

“Sekarang sudah respon ini, tapi belum pasti juga karena belum cair anggarannya. Rencananya kami dapat bangunan 1 lokal 3 ruangan”, ucapnya lagi.

Terkait dengan masa pandemi Covid-19 ini, pihaknya mengaku banyak menemui kendala saat melakukan proses belajar mengajar. Pasalnya kondisi lokasi SDN 16 Tongkuno ini sangat terpencil, sehingga belum ada akses jaringan internet yang bisa digunakan untuk menyelenggarakan pembelajaran seperti Sekolah lain pada umumnya.

Guru-guru juga sudah berupaya melaksanakan pembelajaran dengan mengunjungi langsung siswanya, namun banyaknya kendala dan keterbatasan dapat menghambat keberhasilan proses belajar.

Sehingga ada perbedaan yang sangat signifikan dari hasil pembelajaran di rumah dan pembelajaran secara langsung langsung di sekolah.

“Kita arahkan untuk belajar lewat Televisi, ada juga tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya untuk diselesaikan. Namun Kendala yang kami temukan adalah tidak semua murid yang punya televisi. Bahkan ada yg tidak punya lampu. Akhirnya dia harus pergi ke rumah orang lain yang ada televisinya” ucap La Kiai.

Selain itu, La Kiai menyampaikan keluhan terkait dengan kesejahteraan para guru dan tata usaha di sekolahnya. Pasalnya, SDN 16 Tongkuno yang terletak di Desa UP Wuna, Kecamatan Tongkuno, Kabupaten Muna tersebut sangat terpencil dan kondisi jalannya rusak parah. Namun, SDN 16 Tongkuno ini tidak terdaftar sebagai sekolah penerima dana daerah terpencil.

“Padahal kalau kita liat di lapanagan kita lebih terpencil betul dibandingkan dengan daerah lain. Ke depan mudah-mudahan pemerintah bisa liat kondisi desa UP Wuna ini dan sekolahnya bisa dimasukkan sebagai penerima dana daerah terpencil”, harapnya.(b)

Penulis: Husain

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *