Oleh: Maolana Mohammad Sah, S.Psi., M.Si.
Bulan ini, Kota kendari menjadi Istimewa karena 01 Indonesia akan menyapa bumi anoa untuk kedua kalinya. Tapi sekarang, penulis tidak akan membahas maksud dan tujuan Beliau datang, tapi penulis melirik kepada topik dibalik suara-suara yang menolak kedatangan Beliau.
Suara-suara penolak mungkin telah terjamu di setiap media-media sosial. Disana pun kita mungkin secara kasat mata mengerti kondisi Kota Kendari yang berada di zona merah covid dan menimbulkan respon penolakan keramaian/kerumunan yang mungkin terjadi disaat 01 datang di Kota kendari.
Namun yang menjadi pertanyaannya. Pertama, apakah kedatangan 01 Indonesia membuat corona merajalela di Kendari? Kedua, apakah pola hidup masyarakat Kendari yang kurang responsif terhadap wabah covid sehingga Kendari menjadi zona merah?
Bagi penulis bertambahnya korban corona di Kota Kendari bukan disebabkan kedatangan dan keramaian yang mungkin terjadi nanti. Tapi marilah kita melihat di jalan-jalan, pasar-pasar, dan pusat keramaian di Kota Kendari. Apakah perilaku preventif masyarakat terceminkan? Tapi sekarang lihatlah sikap mereka yang was-was terhadap virus yang masih merajai dunia ini. Ini sama saja mendambahkan surga tapi menjalankan perintah setan.
Ketidak konsistensi antara perilaku dan sikap masyarakat ini biasa diistilahkan dalam psikologi sosial adalah disonansi kognitif. Kondisi ini memang dilematis. Namun dilematis ini biasanya dimenangkan dengan kepentingan sesaat.
Apa efek bagi masyarakat luas? Dengan tersebarnya penolakan dengan alasan corona, masyarakat akan terbawa isu dengan penolakan ini, disudut-sudut kota akan berbisik-bisik untuk membicarakan penolakan ini. Khususnya mahasiswa. Tapi apakah sikap mereka terhadap isu ini sama dengan perilaku preventif mereka setiap harinya?
Secara sederhana penulis sih berpikir, kenapa kita harus menolak api dari luar padahal kita sendiri yang membakar rumah kita?
Penulis pun berpendapat walaupun tanpa kehadiran Bapak Presiden atau munculnya keramaian nanti, korban corona akan semakin meningkat di Kota kendari.
Penulis tidak akan membahas, apakah corona dijadikan alasan politik untuk menolak Presiden datang ke Kota kendari? Tapi penulis ingin mengajak agar kita bersikap dan berperilaku preventif, sehingga penyebaran corona di Kota kendari tidak merajalela dan kita pun tidak mengkambinghitamkan seseorang.
Penulis adalah Dosen Jurusan Psikologi Universitas Halu Oleo