Oleh: Nurmaya Zida, S.Pi
Nawaitu untuk menjadi wakil rakyat melalui Pemilu 2019 adalah ikhtiar yang terus dipupuk dengan proses yang baik dengan melibatkan orang-orang terbaik di sekitar kita. Pun demikian bagi Syahrir Ramadhan, S.Sos., MA. Seorang anak muda yang sejak masih berstatus sebagai mahasiswa sudah mendedikasikan diri pada masyarakat melalui berbagai organisasi yang ia ikuti.
Kini, semangat itu masih ada bahkan kian berkobar karena rasa kepeduliannya kepada masyarakat, saluran aspirasi masyarakat melalui parlemen menjadi wadah yang tepat untuk menjadi perahu perjuangan. Dorongan dan restu keluarga pun tak kalah dahsyatnya.
Kamis malam lalu, di penghujung masa kampanye Pemilu 2019, di gelar Istighozah sekaligus Yasinan Keluarga Besar di rumah H. Muh. Idrus/Laidu (Maa Azymu) yang dipandu langsung oleh Drs. H. La Uze mantan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Buton yang juga merupakan salah satu bagian dari keluarga besar Laandi-Uwa.
Untuk meraih pemenang bersama rakyat dalam Pemilu 2019 ini, selain perlu kerja keras dan kerja ikhlas tentu juga mengharap ridho dari Allah SWT agar kita tetap sehat, kuat dan dimudahkan segala urusan dan diijabah apa yang telah kita ikhtiarkan bersama.
Sejak awal saya sudah berkomitmen bersama kawan-kawan tim bahwa dalam memperjuangkan diri sebagai salah satu pemenang dalam kontestasi Pemilu 2019 khususnya pada Pilcaleg Dapil Sultra IV meliputi Kota Baubau, Kabupaten Buton, Buton Tengah, Buton Selatan dan Wakatobi maka kita memikirkan langkah-langkah terbaik dengan melakukan cara-cara terbaik pula. Salah satu cara itu adalah dengan menggelar istighozah sekaligus Yasinan bersama pada Kamis malam 11 April 2019 di kediaman orang tua saya.
Kegiatan serupa ini menjadi salah satu tradisi dalam keluarga kami. Dzikir dan do’a merupakan bagian dari ikhtiar perjuangan, cucu dari Yarona Lantongau. Apalagi memang bahwa Bapak saya pernah dipercaya sebagai salah satu Moji Perangkat Masjid Keraton Wolio-Buton.
Pada lain waktu, Syahrir Ramadhan mengatakan bahwa kita sudah merasakan perwakilan-perwakilan kita yang lama (incumbent) duduk beberapa periode dikursi dewan. Usia mereka memang tidak muda lagi. Bukan mereka tak lagi produktif, tapi ini soal kemampuan, soal kebaharuan gagasan dan kerja-kerja di masyarakat.
Kenapa tidak yang muda mengisi birokrasi. Di parlemen mereka bisa lebih dinamis, lebih energik dan bersemai gagasan-gagasan baru.
Soal pengalaman? Masing-masing punya latar dan jenjang karier berbeda. Ini soal niat dan kemauan kerja bersama rakyat. Apa niatnya mau nyolong atau anti korup? Apa ia sungguh-sungguh berjuang untuk rakyat atau hanya mengejar jabatan?
Saya pikir kita beri dulu ruang untuk membuktikan kerja-kerjanya di gedung dewan. Beri ia kesempatan untuk membaktikan diri pada Sultra. Bukan coba-coba, tapi itulah cara untuk membuktikan janji seorang politisi.
Beri kesempatan Syahrir Ramadhan berjuang memberi terbaik buat rakyat Sulawesi Tenggara.
Yang pasti bahwa kita belum tahu hasil akhir dari perjuangan jikalau kita belum mencapai finish. Hasil akhir bukanlah apa-apa. Yang paling penting dari semua itu adalah proses, yang membentuk kematangan diri.
Kami tahu betul, betapa beratnya meniti jalan di jalur ini, political work. Tapi ini adalah pilihan-pilihan yg kami ambil. Disinilah kami ditempa agar lebih dewasa dalam memahami makna berpolitik.
Relawan yang selama ini berdiri bersama Syahrir Ramadhan terus bergerak dan tak henti-hentinya mengingatkan, bahwa perjuangan ini tulus demi adanya suatu perubahan untuk rakyat Sultra ke arah yang lebih baik.
Kami terus bersamamu brother! Untuk Sultra yang lebih baik bersama Syahrir Ramadhan membangun demokrasi yang berkemajuan dan berkeadaban sebagai semangat restorasi.(***)
Penulis: Adinda Syahrir Ramadhan