PENASULTRA.COM, KONUT – Beberapa waktu lalu, masyarakat Desa Tambakua, Kecamatan Landawe, Kabupaten Konawe Utara (Konut), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), menggelar aksi demosntrasi di Lokasi PT Tiran. Namun, aksi tersebut berujung anarkis dan mengakibatkan terbakarnya jembatan PT Tiran serta tertangkapnya belasan pengunjuk rasa.
Atas kejadian itu, pihak pengunjuk rasa menyatakan permohonan maaf secara terbuka kepada PT Tiran atas tindakan yang mereka lakukan.
Permohonan maaf dan rasa penyesalan terhadap adanya peristiwa ini disampaikan langsung oleh Mustaman selaku Koordinator Lapangan (Korlap) aksi.
“Kami masyarakat Desa Tambakua yang terlibat membakar jembatan PT Tiran pada Jumat, melalui media ini kami memohon maaf kepada pihak PT Tiran atas tindakan kami tersebut “, ujar Mustaman dalam video yang beredar, Minggu, 25 April 2021.
Mustaman juga menyatakan bahwa dalam peristiwa tersebut tidak ada kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap pihak demonstran. Selain itu, ia juga mengingatkan kepada pihak lain agar tidak memanfaatkan kejadian ini untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya.
“Kami menegaskan jangan ada pihak lain yang memanfaatkan kejadian ini untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya”, tandasnya.
Sementara itu, Humas PT Tiran Group La Pili menyampaikan terkait adanya aksi unjuk rasa beberapa waktu lalu, pihak perusahaan telah melakukan langkah-langkah persuasif dan telah melahirkan solusi yang menjadi kesepakatan bersama.
“Alhamdulillah, sudah ada pernyataan resmi dari perwakilan pendemo tentang permintaan maaf kepada Pihak PT Tiran Indonesia atas aksi yang terjadi. Kami pun menyambut baik permintaan maaf tersebut dan telah berlapang dada memaafkan mereka”, kata H La Pili.
Lanjut dia, saat ini para pendemo yang diambil keterangannya oleh pihak kepolisian sudah kembali ke rumah masing-masing dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya.
“Bahkan mereka mengimbau agar hal ini jangan ada pihak pihak lain yang tunggangi untuk mengambil keuntungan pribadi atau kelompok. Adapun fasilitas yang rusak saat demo pihak perusahaan akan memperbaiki semua”, ujar mantan aktivis UHO itu.
Ia juga berharap semoga kedepannya bisa saling bergandengan tangan dan bahu membahu antara masyarakat dan perusahan agar lapangan kerja semakin terbuka untuk masyarakat sekitar.
“Kami selaku anak bangsa sekaligus sebagai pengusaha pribumi tentunya akan berusaha selalu untuk memberikan kontribusi terbaik pada daerah dan bangsa yang kita cintai ini dalam mengatasi kondisi saat ini, dimana ekonomi semakin sulit yang berdampak pada bertambahnya kemiskinan, pengangguran, dan lain sebagainya. Maka kami sebagai anak pribumi sudah selayaknya dukungan itu diberikan, karena pada dasarnya kita memiliki cita-cita luhur yang sama untuk kemajuan daerah dan masyarakat kita”, pungkasnya.
Lebih lanjut La Pili mengatakan bahwa sejak PT Tiran Indonesia beroperasi di Lameruru, pihak perusahaan selalu memberikan CSR dan Tali Asih kepada Lima Desa yang masuk dalam wilayah Tiran Indonesia.
Hal ini sebagai bentuk kepedulian PT Tiran Indonesia kepada masyarakat di Wilayah perusahaan. Pada bulan Suci Ramadhan ini, perusahaan juga sudah memberikan ribuan Paket Ramadhan pada tiap-tiap rumah tanpa terkecuali sebagai bentuk kepedulian.
“Kemudian, satu desa yang baru saja masuk dalam wilayah garapan perusahaan Tiran Indonesia ingin meminta kompensasi hutan. Hanya untuk permintaan dimaksud tidak mungkin kami penuhi, karena lahan tersebut adalah Lahan Hutan Produksi yang kita sudah bayarkan ke Negara”, ungkapnya.
Masyarakat di sekitar lokasi juga banyak yang direkrut untuk kerja di PT Tiran Indonesia atau sekitar 95% karyawan Tiran dari masyarakat sekitar sehingga secara umum mereka nyaman dengan keberadaan PT Tiran Indonesia.
“Hanya terkadang ada oknum atau pihak-pihak tertentu yang mencoba memprovokasi saja. Jadi kami sangat berharap agar kami dari pengusaha pribumi mendapat dukungan penuh”, tukasnya.
Penulis: Husain