PENASULTRA.COM, KENDARI – Kemarau panjang yang terjadi di sebagian besar wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) pada Oktober 2018 berdampak inflasi pada bahan makanan khususnya ikan dan beberapa jenis sayuran.
Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Sultra, Surya Alamsyah mengatakan, Oktober 2018 Sultra mencatatkan inflasi sebesar 0,20 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan lalu yang mencatatkan deflasi sebesar 0,65 persen (mtm).
“Peningkatan tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan secara umum dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Terjadi kemarau panjang dengan curah hujan yang rendah dan suhu permukaan air laut yang tinggi sehingga tangkapan ikan menjadi berkurang dan beberapa sayuran yang membutuhkan banyak air mengalami gagal produksi,” kata lelaki yang akrab disapa Alamsyah melalui rilisnya, Jumat 2 November 2018.
Pria berkacamata ini mengatakan, inflasi IHK ini didorong oleh peningkatan tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan, perumahan dan makanan jadi.
Komoditas ikan segar pada periode tersebut tercatat mengalami inflasi sebesar 1,26 persen (mtm), dipicu oleh kenaikan harga pada beberapa jenis ikan seperti ikan cakalang dan ikan kembung.
Sementara, komoditas sayur-sayuran mengalami inflasi sebesar 10,07 persen (mtm) yang disumbangkan oleh komoditas kacang panjang, bayam dan sawi hijau.
“Pada kelompok perumahan, peningkatan tekanan inflasi disebabkan tingginya permintaan seiring dengan mulai bertambahnya aktivitas konstruksi. Seperti komoditas besi beton dan semen,” ungkapnya.
Di sisi lain, pada kelompok makanan jadi, terdapat peningkatan tekanan inflasi yang dipengaruhi oleh perubahan harga komoditas mie dan nasi dengan lauk sebesar masing-masing sebesar 4,04 persen (mtm) dan 1,83 persen (mtm).
“Beberapa komoditas sayuran yang membutuhkan sedikit air seperti tomat sayur, bawang merah dan tomat buah mengalami peningkatan produksi dan menahan tekanan inflasi. Selain itu, relatif terjaganya stok daging ayam ras di pasar turut mendorong penurunan harga daging ayam ras yang mencatatkan deflasi sebesar 4,63 persen (mtm),” ujarnya.
Menyikapi hal tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sultra bersama dengan TPID di tingkat kabupaten kota dengan meningkatkan koordinasi dan mempererat kerjasama antar daerah, pemanfaatan resi gudang dan Masyarakat Kenali dan Sadar Inflasi (MAS KENDARI) di Kota Kendari.
“Secara khusus dalam pengendalian inflasi ikan, TPID melakukan beberapa upaya antara lain mempermudah perizinan kapal tangkap, optimalisasi pemanfaatan cold storage dan melakukan kajian pengaturan tata niaga perikanan,” bebernya.
Selain itu, tambah Alamsyah, untuk menjaga stabilitas pasokan beras TPID melakukan beberapa langkah seperti pemberian bantuan pengairan untuk sawah yang terdampak kemarau, pemanfaatan Sistem Resi Gudang, mempercepat penyaluran rastra kepada masyarakat, operasi pasar beras medium.
“Upaya lainnya seperti gerakan urban farming melalui aktivitas MAS KENDARI juga dilakukan untuk menjaga ketersediaan pasokan komoditas hortikultura. Langkah-langkah tersebut sesuai dengan arahan Presiden RI dalam Rapat Koordinasi Nasional TPID untuk menjaga inflasi tetap rendah dan stabil sejalan dengan Roadmap Pengendalian Inflasi 2019-2021,” tutupnya.(b)
Penulis: Yeni Marinda
Editor: Kas