PENASULTRA.COM, BOMBANA – Dana bantuan siswa miskin (BSM) untuk 24 siswa di Sekolah Menengah Kejuaruan Negeri (SMKN) 06 Bombana di Kecamatan Kabaena Selatan dipangkas dengan alasan biaya perjalanan atau transportasi untuk kepala sekolah (Kepsek) ke ibu kota Bombana Sulawesi Tenggara (Sultra).
Hal tersebut terkuak saat Bendahara SMKN 06 Bombana, La Ode Saat Latief menerima keluhan siswanya bahwa dana mereka tak diterima semua. Sehingga membuat pihaknya tidak setuju jika BSM ke 24 siswanya harus dipangkas oleh guru apalagi seorang kepala sekolah.
“Kami (guru) kaget, mendengar kabar jika BSM itu dipotong oleh kepala sekola. Saya pun mencoba menelusurinya, ternyata memang benar semua siswa yang terima BSM dipotong, parahnya dengan alasan untuk biaya transportasi pulang pergi (pp), penginapan dan uang makan,” kata Latief sapaannya dengan nada kesal, Selasa 27 November 2018.
Menurut mantan Kepala SMK di Kabaena Utara itu, seluruh siswa penerima BSM dipotong dengan jumlah yang bervariasi, mulai Rp250 ribu hingga Rp300 ribu.
Semuanya, bertanda tangan di atas materai enam ribu bahwa dana yang mereka terima betul dipangkas oleh kepala sekolah tanpa komfirmasi kepada siswa yang bersangkutan.
“Jumlah kelas XI saja ada lima orang tadinya bakal terima Rp500 ribu setelah di potong hanya terima bersih Rp250 ribu. Jika ditotalkan sebesr Rp1.250.000. Berbeda dengan yang kelas XII seharusnya terima Rp1 juta malah hanya Rp700 ribu dengan jumlah siswa 19 orang, totalnya Rp5.700.000. Jadi kalau di totalkan yang di potong oleh Kasek sebesar Rp6.950.000 dan ini sudah jelas pungutan liar (pungli),” bebernya.
Senada, Ketua Osis SMKN 06 Bombana, Habri mengakui, seluruh siswa yang merupakan temannya penerima BSM tersebut telah dipotong oleh kepala sekolahnya.
Hal tersebut dilakukan dengan membuat berita acara yang mencantumkan nama ke-24 siswa tersebut, kemudian di tanda tangani oleh penerima bantuan yang saksikan langsung oleh Bendahara dan guru BP (Bimbingan Konseling).
Sama halnya yang di sampaikan oleh salah satu orang tua siswa enggan di sebutkan namanya membenarkan, pemangkasan tersebut sudah dilakukan sebanyak tiga kali berturut turut.
“Memang sih, setiap terima beasiswa itu sudah dipotong, mungkin untuk biaya perjalanan kepala sekolah atau makan disana. Dari pada anak saya ke Kasipute lagi, yah tidak apa-apa,” ungkapnya di hadapan kepala sekolah.
Sementara itu, Ketua Komite SMKN 06 Bombana, Hamka mengaku, dalam surat pernyataanya sejak 2017 hingga 2018 anak dari desa lain tidak ada lagi yang mau masuk sekolah tempat mereka mengajar.
“Sudah dua tahun terakhir tak ada lagi siswa dari luar desa pongkalaero dan pu’ununu yang mau mendaftar di sekolah kami, kiranya Kepala Dinas Pendidikan Provinsi segera mengambil sikap demi menjaga jagan sampai SMKN 06 tak ada lagi murid yang masuk sekolah di sini,” ujarnya.
Menyikapi hal ini, Kepala SMK Negeri 06 Bombana, La Sadia membantah tudingan tersebut. Menurutnya, dana BSM tersebut tidak dipotong, namun merupakan kesepakatan antara dirinya dan ke-24 orang tua muridnya.
“Pencairan BSM itu kan ambilnya di Kasipute sana, karna disini tidak ada bank BNI otomatis siswa tidak mungkin gonto-gontokan kesana, jadi dari awalnya memang saya sudah sosialisasikan kepada orang tua siswa, jadi tidak ada potongan yang ada adalah kesepakatan,” terangnya.
Bahkan, kata La Sadia, pihaknya menantang bendaharanya jika ingin melapor, sebab, ia merasa hal tersebut tidaklah benar dengan memiliki bukti-bukti yang menunjukan persetujuan orang tua siswa yang menerima BSM dengan dirinya.
“Kalau mau lapor silahkan. Saya juga punya bukti vidio siswa yang tak permasaalahkan kesepakatan itu,” tegasnya.(b)
Penulis: Zulkarnain
Editor: Yeni Marinda