Kepariwisataan Sultra, Kendari Butuh Banyak Orang Kreatif

Pena Travel670 views

PENASULTRA.COM, KENDARI – Perhelatan Hari Pangan Sedunia (HPS) tahun 2019 yang dipusatkan di Kendari, Sultra, baru saja berlalu. Dimata Irham Daan, praktisi Kepariwisataan, dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid, Jakarta — yang juga berprofesi wartawan dan tergabung di Forum Wartawan Pariwisata Kemenparekraf, saat HPS kemarin adalah momentum yang tepat bagi daerah Sulawesi Tenggara untuk menjual potensi kepariwisataan Sultra, khususnya yang ada di kawasan Kota Kendari.

“Saya menilai potensi wisata apa saja yang dijual oleh Pemerintah Kota Kendari pasti akan laris. Soalnya, pengunjung yang datang dari berbagai provinsi di tanah air, pasti akan menikmati bagaimana uniknya pesona wisata di kawasan kota ini. Saya juga meyakini, diantara pengunjung, pasti ada investor kepariwisataan yang berminat melirik potensi wisata daerah ini. Namun ternyata harapan saya itu tidak terpenuhi. Jujur saya menyayangkan hal ini…,” ujar Irham Daan saat berbincang dengan Penasultra.com di stan Pemda Sulawesi Utara, di hari penutupan HPS Rabu lalu.

Satu hal yang membuat pengamat wisata ini prihatin, banyak potensi wisata daerah ini yang tidak diberdayakan sebagaimana mestinya.

Ambil contoh kuliner dari hasil laut. Menurut Irham, potensi ikan laut di Kendari sangat berlimpah. Dan, orang Jakarta menilai, ikan ikan dari Kendari adalah ikan yang baru sekali mati. Masih segar dan nikmatnya dikonsumsi mengalahkan nikmatnya ikan dari Makassar, Surabaya apalagi dari Jakarta yang sudah mati beberapa kali. Tapi, apa ada kawasan kuliner khusus berbasis ikan asap yang bisa dijadikan oleh oleh para pengunjung ke kota asalnya?

“Itu salah satu bukti Sultra, khususnya Kendari perlu banyak orang kreatif untuk menghidupkan potensi kepariwisataannya,” ujar Irham sambil menyeruput es kelapa muda yang dibelinya di lokasi HPS.

Dosen ini menilai jika Kendari ingin memaksimalkan pemberdayaan potensi wisatanya, ada banyak cara yang bisa dilakukan.

Untuk memberdayakan potensi kuliner ikan asap misalnya, pihak pemangku kepentingan harus rajin melakukan studi banding. Sedikitnya ada dua daerah yang bisa ditiru konsepnya yakni Kota Pekanbaru dan Ambon.

Di Ambon, kata Irham,  pemerintah membuka kawasan kuliner ikan asap dekat bandara Partimura. Ikan yang dijual jenis tongkol seharga Rp40 ribu sampai Rp50 ribu perekor.

Pengunjung pun senang membelinya karena penjual kuliner ikan asap di Ambon sudah menyiapkan paking dan bumbu bumbu siap saji di dalam kemasan dan dijamin pihak MUI kehalallannya. Setiap hari ratusan kilogram ikan asap Ambon terbang ke Jawa, khususnya Jakarta dan pujian dialamatkam kepada para penyaji kuliner ikan asap itu.

Langkah serupa juga sudah lama diterapkan Pemkot Pekanbaru. Setiap hari ratusan kilogram ikan asap darat dan laut dari Pasar Bawah Pekanbaru Riau terbang ke berbagai kota di Malaysia, dan Sumatera Jawa. Apa arti semua itu? Masyarakat nelayan dan pedagang ekonomi lemah memetik langsung hasilnya.

Kendari, lanjut Irham, juga bisa begitu, apalagi jika pemangku kebijakan di sektor wisata daerah ini terbuka kepada orang orang kreatif.

“Saya melihat ada beberapa titik di kawasan kota Kendari yang pantas menyediakan kawasan kuliner ikan asap, yakni di simpang tiga memasuki bandara Halu Oleo dan di Mandonga. Bangunlah kawasan kuliner ikan asap disitu, pasti dilirik pengunjung karena mereka tahu ikan dari Kendari adalah ikan yang baru sekali mati sehingga segar dan nikmat jika dikonsumsi keluarga,” kata Irham.

Berkait dengan HPS Irham datang berlima orang dari Jakarta ke Kota Kendari, menginap di rumah kawan yang paham kepariwisataan. Mereka sengaja datang ke Kendari untuk melihat dari dekat pemberdayaan potensi kepariwisataan Sultra. Dua diantara kawannya adalah staf karyawan bagian pemasaran wisata dalam negeri Kemenparekraf, dan seorang lagi wartawan anggota Forum Pariwisata Kemenparekraf.

Irham memberikan banyak tips kepada Penasultra.com agar diketahui pemangku kebijakan Pariwisata di kawasan Kota Kendari. Satu diantaranya dipublikasikan setiap hari tentang perlunya orang orang kreatif ikut andil memajukan kepariwisataan kita ini. Dan, lainnya masih akan menyusul di hari berikutnya.(b)

Penulis: Ami Herman