Sejarah Sinonggi
Sinonggi adalah makanan khas suku Tolaki, tepatnya Sulawesi Tenggara. Makanan ini terbuat dari pati sari sagu, yang dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sumber karbohidrat pengganti nasi. Menurut budayawan lokal, penamaan makanan ini berasal dari kata “posonggi”. Posonggi atau o songgi (bahasa Tolaki) merupakan alat mirip sumpit yang terbuat dari bambu yang dihaluskan dengan ukuran panjang kurang dari sepuluh sentimeter. Alat inilah yang kemudian akan digunakan untuk mengambil sinonggi dari tempat penyajian.
Cara penyajiannya
Dalam penyajiaannya Sinonggi diletakkan ke piring yang telah diisi kuah sayur dan ikan serta bumbu lainnya dengan cara digulung menggunakan alat yang bernama Posonggi tersebut. Gulungan sinonggi di piring kemudian dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam mulut menggunakan alat serupa yang berukuran lebih kecil atau bisa juga dengan menggunakan jari.
Cara membuat:
Ambil Sagu secukupnya simpan di baskom yang kecil atau sedang, cuci hingga bersih terlebih dahulu tentunya, setelah bersih siapkan lah air panas, ingat yang mendidih.
Tuangkan air mendidih ke baskom yang berisi sagu sedikit demi sedikit.
Aduk-aduk dan tuangkan terus sampai warna sagu berubah menjadi agak bening
Sejarah Kasoami
Kasuami merupakan makanan unik dan khas daerah Sulawesi Tenggara, khususnya daerah Buton, Muna dan Wakatobi. Kasuami umumnya berbentuk tumpeng atau gunungan dan berwarna putih kekuning-kuningan.
Kasuami berbahan utama singkong (Ketela pohon atau ubi kayu). Kasuami diolah dengan cara mengukus parutan singkong yang telah dimasukkan kedalam cetakan berbentuk kerucut/tumpeng dan dimasak selama kurang lebih 15 menit.
Cara Membuat:
- Kupas kulit ubi kayu lalu cuci hingga bersih kemudian diparut atau digiling dengan mesin parutan layaknya kita memarut kelapa.
- Bungkus hasil gilingan dengan menggunakan kain atau karung yang bersih agar produk parutan tetap higinis.
- Lakukan penindisan untuk mengurangi serta meniadakan kadar air ubi kayu. Biarkan selama 1-3 jam hingga air benar-benar kering.
- Hancurkan produk menggunakan tangan dengan cara mengelus-elusnya.
- Saringlah ubi kayu menggunakan saringan dari anyaman bambu dengan ukuran kira-kira 0.3 cm, hal ini bertujuan untuk mempercepat proses pemasakan kasoami.
Sejarah Kambose
Kambuse atau kambose merupakan kuliner khas tradisional yang dapat dijumpai pada masyarakat (suku) Muna di Kabupaten Muna provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Makanan ini terbuat dari biji jagung putih (biasa) yang banyak ditanam di kebun jagung masyarakat Muna.Bagi masyarakat Muna kambuse merupakan makanan pokok sehari-hari selain nasi beras, olehnya sebagian orang menyebutnya dengan nasi jagung. Makanan ini dikonsumsi dengan lauk pendamping seperti ikan Asin (kenta katunu-tunu dalam bahasa Munanya) dan sayur bening (kadada katembe).
Cara membuat:
Cara memasak kambuse cukup sederhana sederhana. Pertama-tama Biji jagung direbus dalam panci berisi air secukupnya, setelah mendidih tambahkan air kapur sirih. Sesering mungkin diaduk agar tidak lengket di dasar panci dan jika airnya kurang bisa ditambahkan sedikit-sedikit. Jika jagung sudah berwarna putih kekuningan dan biji jagung dianggap sudah lembek maka angkat panci dan tiriskan. Setelah itu cuci biji jagung yang telah masak dengan air bersih sekitar 4 sampai 5 kali agar kapurnya hilang terbawa air. Kalau sudah, berarti kambuse anda telah jadi dan siap disantap.
Sejarah Kabuto
Kabuto merupakan makanan khas masyarakat Kepulauan Muna Sulawesi Tenggara. Makanan ini berbahan dasar ketela pohon/singkong/dan ubi kayu yang telah dikeringkan.
PENYAJIAN: Kabuto yang telah siap disantap diberi taburan kelapa parut, untuk menambah selera dapat ditambahkan ikan asin.
Makanan ini menjadi menu favorit warga Muna. Proses pembuatannya pun cukup mudah Singkong yang telah di jemur kering akan direbus hingga matang, Dalam jangka waktu lama dibiarkan mengering dan akan menambah rasa kenikmatan dan aroma dari makanan ini saat disajikan.
Cara membuat:
Kulit singkong dikupas, dicuci lalu dijemur selama selama tiga hari, sampai terlihat setengah kering.
Singkong disimpan dalam wadah tertutup selama sehari semalam sampai berubah warna menjadi kehitam-hitaman (fermentasi).
Singkong dijemur kembali sampai kering. kulitnya dikikis menggunakan pisau, kemudian dipotong-potong. Rendam dalam air selama 6-8 jam.
Cuci singkong hingga bersih, kukus Selama setengah jam sampai matang. Kabuto siap disajikan.
Penulis adalah Dosen Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari